Senin, 29 September 2025

Mahasiswa RI Meninggal di Belanda

Kronologi Mahasiswa Indonesia di Belanda Meninggal, Diduga saat Dampingi Pejabat Kunker di Wina

Begini kronologi meninggalnya mahasiswa Indonesia saat mendampingi pejabat dari DPR hingga BI dalam kunker ke Wina versi PPI Belanda.

|
Tangkapan layar dari akun Instagram @fifafarmel_ss
MAHASISWA MENINGGAL - Mahasiswa asal Indonesia yang tengah berstudi di Belanda, Muhammad Athaya Helmi Nasution, meninggal dunia saat menjadi pemandu dalam kunjungan kerja (kunker) yang dilakukan oleh pejabat DPR, OJK, dan BI di Wina, Austria pada 25-27 Agustus 2025. Menurut keterangan PPI Belanda, Helmi meninggal dunia akibat kejang setelah dilakukan autopsi forensik. Dia menghembuskan nafas terakhirnya pada Rabu (27/8/2025). 

TRIBUNNEWS.COM - Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda mengumumkan kabar duka. Anggotanya yang bernama Muhammad Athaya Helmi Nasution meninggal dunia pada Rabu (27/8/2025).

Dalam unggahan di akun Instagram resmi PPI Belanda dikutip pada Selasa (9/9/2025), Helmi yang merupakan anggota PPI Groningen disebut meninggal dunia setelah mendampingi pejabat dari DPR, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Bank Indonesia (BI), dalam kunjungan kerja (kunker) ke Wina, Austria.

"Turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas wafatnya salah satu anggota kami, Muhammad Athaya Helmi Nasution yang merupakan anggota PPI Groningen dalam rangka mendampingi sebuah kunjungan tertutup yang melibatkan pejabat publik (DPR, OJK, dan Bank Indonesia) pada tanggal 25-27 Agustus 2025," kata PPI Belanda.

Meninggalnya Helmi disebutkan karena mengalami sengatan panas atau heatstroke akibat kekurangan asupan nutrisi.

Tak cuma itu, PPI Belanda juga mengatakan Helmi kelelahan akibat pendampingan yang dilakukannya.

Baca juga: PPI Jepang Himbau Pelajar dan Mahasiswa di Luar Negeri Tidak Lakukan Aksi di Jalan dan KBRI

Helmi, kata PPI Belanda, tidak pernah istirahat selama menjadi pemandu pejabat dari DPR hingga BI di Wina.

"Menurut hasil autopsi forensik, almarhum suspected seizure kemungkinan besar mengalami heatstroke (sengatan panas) berkaitan dengan kurangnya cairan dan asupan nutrisi serta kelelahan yang mengakibatkan electrolyte imbalances (ketidakseimbangan elektrolit) dan hypolglycemia (kadar gula darah turun di bawah kadar normal) hingga berujung pada stroke, setelah dari pagi hingga malam hari beraktivitas sebagai pemandu," katanya.

PPI Belanda mengatakan belum ada permintaan maaf ataupun pertanggungjawaban dari pihak event organizer (EO) maupun liaison officer (LO) kepada keluarga almarhum buntut peristiwa ini.

Tak sampai di situ, PPI Belanda mengatakan, ketika Helmi dinyatakan meninggal dunia, pejabat dari DPR hingga BI yang didampingi almarhum tetap melakukan kunkernya di Wina didampingi oleh EO dan LO.

"Lebih lanjut, alih-alih mengunjungi tempat penginapan saat almarhum mengembuskan napas terakhir, acara kunjungan kerja terus bergulir di mana pihak EO justru terus sibuk mengurus persiapan acara makan-makan bersama pejabat publik di restoran."

"Selain itu, tidak ada upaya dari pihak EO, koordinator LO, maupun pejabat publik yang hadir untuk menemui keluarga," ujar PPI Belanda.

Keluarga menduga ketidakpedulian tersebut merupakan indikasi penutupan permintaan keterangan dari pihak EO.

Tribunnews.com telah menghubungi Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Joedha Nugraha, untuk memberikan penjelasan lebih lanjut terkait peristiwa meninggalnya Helmi.

Namun, hingga berita ini diterbitkan, Joedha belum memberikan respons.

8 Sikap PPI Belanda Imbas Meninggalnya Helmi

Pascaperistiwa ini, PPI Belanda menyatakan sikap terkait kunker pejabat publik ke luar negeri.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan