Senin, 29 September 2025

Program Makan Bergizi Gratis

Keluhan Guru di Jakarta Soal Program MBG: Tambah Beban Kerja dan Ambil Porsi Jam Belajar Siswa

Seorang guru menyoroti efisiensi waktu, porsi yang tidak sama hingga terpotongnya jam belajar siswa akibat adanya sesi program

|
IST/Tribun-Papua.com/Tangkapan layar postingan media sosial
MAKAN BERGIZI GRATIS - Menu MBG yang disajikan. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - D, guru berstatus aparatur sipil negara (ASN) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang mengajar di sekolah, di kawasan Cipinang Melayu, Jakarta Timur, menyoroti efisiensi waktu, porsi yang tidak sama hingga terpotongnya jam belajar siswa akibat adanya sesi program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Selain itu, para guru di sekolahnya juga dibebankan kerja tambahan untuk mengurusi tumpukan tray MBG hingga membagi-bagikannya kepada siswa. 

Mereka wajib menangani MBG secara hati - hati, sebab jika tray rusak atau hilang, guru dan sekolah wajib mengganti.

"Keluhan sebagai guru, selama ini sih sebenarnya lebih ke efisiensi waktu. Efisiensi waktu karena MBG itu kan pembagiannya repot juga. Jadi karena di tray gitu kan jadi nggak boleh hilang, nggak boleh rusak, karena kita disuruh ganti," kata D kepada Tribunnews.com, Senin (29/9/2025).

Jatah kegiatan belajar mengajar bagi siswa pun terpotong karena adanya alokasi waktu yang dikhususkan untuk siswa makan MBG.

"Terus juga mengurangi jatah waktu pembelajaran karena kalau di kita tuh MBG itu pagi, kita kan istirahat jam 9 sedangkan dia MBG itu jam 7 aja udah datang," ujar dia.

Selain itu, program MBG di sekolahnya juga tidak menihilkan siswa untuk jajan di kantin. Sebab selain tidak mengenyangkan, para siswa juga tidak sepenuhnya menghabiskan makanan MBG

Hal ini karena menu MBG tidak memiliki rasa alias hambar, hingga menu yang sudah berair dan berbau akibat adanya jeda antara penyiapan menu MBG, pendistribusian, hingga makanan tersebut disantap siswa di sekolah.

Menu yang berair biasanya terjadi pada buah potong. Ini disebabkan buah-buahan potong tersebut tersimpan sekian lama di dalam tray, terkena hawa panas, berujung berair dan berbau ketika hendak disantap siswa.

"Mungkin karena maunya menu sehat jadi nggak ada rasa, terus warna pucat, terus buah tuh bukan buah yang tertutup ya buah yang terbuka dan sudah dibelah jadi itu kayak semangka, melon dibelah. Jadi ketika sampai (di siswa) itu karena dia ditutup dengan tray stainless jadi kena hawa panas dan berair, terus jadi bau," jelas D.

Untuk hal ini, D menyarankan kepada pemerintah agar menempatkan buah yang masih berkulit seperti jeruk, pisang ataupun anggur ketimbang buah potong. 

"Mubazir juga sebenernya intinya adalah sangat-sangat mubazir karena anak-anak nggak makan menu nya nggak ada rasa, nggak berwarna," ucapnya.

"Buahnya tuh jangan buah yang udah kebuka tapi buah yang pake kulit jadi lebih aman," lanjut D.

Lebih lanjut, D juga menyebut porsi makan dalam tray MBG tidak merata antara satu dengan lainnya. 

Kerap ditemui tray yang punya lauk sedikit, sementara lainnya punya porsi lebih banyak. 

Makanan yang sengaja dibentuk juga menurutnya hanya sia-sia. Sebab siswa lebih mementingkan rasa makanan daripada sekadar bentuk yang cantik. 

"Kalau di sekolah saya tuh sering banget telor rebus, tapi yang udah dikupas, dibumbuin terus dibentuk-bentuk, itu mungkin menurut dia (SPPG) lucu, tapi menurut anak-anak jadi kayak nggak interest," katanya. 

"Terus menunya juga kadang-kadang nggak nyambung, terus juga kadang-kadang komposisi menunya kayak yang ini dikit, yang ini banyak, terus yang ini kecil yang, ini gede," kata dia.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan