Program Makan Bergizi Gratis
Dokter Tan Bongkar Borok MBG, Sebut Ahli Gizinya Baru Lulus: Mereka Tak Tahu Saat Ditanya HACCP
Dokter Tan mengatakan, fakta terkait Ahli Gizi MBG yang statusnya baru lulus itu diketahui saat senior-seniornya mengecek langsung ke SPPG.
TRIBUNNEWS.COM - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) belakangan ini mendapatkan sorotan tajam karena lonjakan kasus keracunan.
Sejumlah masyarakat pun mendesak pemerintah agar menghentikan sementara program Presiden Prabowo Subianto itu.
Banyak pihak yang mempertanyakan mengenai pengawasan dan tata kelola Badan Gizi Nasional (BGN) dalam MBG.
Termasuk keterlibatan ahli gizi untuk memastikan peningkatan status gizi peserta didik, melalui penyediaan makanan bergizi yang disesuaikan dengan standar Angka Kecukupan Gizi (AKG) harian.
Namun, fakta baru justru terungkap. Ahli gizi dalam program MBG disebut masih fresh graduate atau baru lulus kuliah.
Hal ini disampaikan Dokter gizi sekaligus aktivis media sosial, Tan Shot Yen saat menghadiri rapat bersama Komisi IX DPR RI, Selasa (22/9/2025). Adapun komisi IX membidangi kesehatan, ketenagakerjaan, dan jaminan.
Fakta ahli gizi MBG yang statusnya baru lulus itu diketahui saat senior-seniornya mengecek langsung ke Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
"Banyak masyarakat menanyakan, 'Dok, emang di SPPG nggak ada ahli gizi?' Ada, tapi setelah teman-teman kami yang lebih senior datang ke SPPG, Ya Allah ahli gizinya baru lulus," ungkapnya.
Bahkan, kata dr Tan, para ahli gizi MBG yang baru lulus itu tidak tahu soal Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) saat ditanya.
HACCP merupakan sistem manajemen keamanan pangan berbasis ilmiah dan pencegahan, yang mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengendalikan bahaya keamanan pangan melalui penetapan titik kendali kritis dalam setiap tahap proses produksi.
Sistem ini berfokus pada pencegahan kontaminasi untuk menjamin keamanan produk pangan bagi konsumen dan meningkatkan kepercayaan pasar.
Ia mengatakan, para ahli gizi yang baru lulus itu tidak tahu tentang HACPP karena belum memiliki banyak pengalaman atau jam terbang tinggi.
"Dan lebih lucu lagi, mereka nggak ngerti kalau ditanya apa itu HACCP, 'hah? HACCP hewan apa itu?' Loh ya ahli gizi ora ngerti (tidak tahu), ya emang jam terbangnya masih kurang. HACCP mereka nggak ngerti ya," paparnya.
Baca juga: Beda Data Kasus Keracunan MBG: Istana Sebut 5.000 Korban, JPPI Temukan 6.452 Siswa
Selain tak tahu soal HACCP, dr Tan juga menyebut ahli gizi itu tidak paham dengan Ultra-Processed Food (UPF).
UPF merupakan makanan Ultra-Olah yang telah melalui proses industri panjang dan mengandung banyak bahan tambahan sintetik, seperti pewarna, perasa, dan pengemulsi, serta memiliki kandungan gula, garam, dan lemak tidak sehat yang tinggi.
Konsumsi UPF dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, sehingga disarankan untuk membatasi dan menggantinya dengan makanan segar atau real food.
Oleh karena itu, itulah alasan kenapa SPPG biasanya hanya menampilkan hitung-hitungan kalorinya, pada menu-menu MBG.
"Kemudian apalagi bicara tentang UPF. Jadi kenapa Anda lihat itu yang seringkali ditayangkan oleh SPPG itu biasanya cuman hitung-hitungan kalori. Kalorinya cukup tapi kualitasnya?" ucapnya.
Atas hal tersebut, Dokter Tan pun meminta pemerintah untuk menghentikan penggunaan UPF dalam program MBG.
Dia pun mewanti-wanti agar hal ini jangan sampai menjadi sorotan internasional, meskipun sekarang ini media asing sudah menyoroti terkait kasus keracunan MBG yang terjadi di sejumlah daerah di Indonesia.
"Hentikan distribusi makanan kering yang mengacu pada produk industri sebagai UPF. Ya, jangan sampai ini diliput dan sudah sebetulnya, tapi yang diliput baru tentang keracunan ya di media ABC (Australian Broadcasting Corporation) dari Australia dan Reuters (Inggris), itu media asing sudah menyorot nih, malu kita semua," katanya.
Peran Ahli Gizi pada Program MBG
Dilansir ahligizi.id, peranan Ahli Gizi MBG sangat krusial dalam memastikan ketercapaian tujuan dari program MBG ini.
Mulai dari penyusunan, pemilihan, dan penanganan bahan makanan.
- Menyusun Gizi Seimbang
Dalam MBG ini, Ahli Gizi perlu memastikan penyusunan gizi seimbang.
Menurut Kemenkes RI, gizi seimbang meliputi susunan asupan sehari-hari yang jenis dan jumlah zat gizinya sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Terkhusus pada asupan makanan tentu sebaiknya beraneka ragam, mencakup sumber zat gizi seperti karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin dan mineral.
Gizi seimbang sangat penting untuk mencegah penyakit kronis dan mendukung kesehatan mental, yang menekankan pentingnya ahli gizi dalam inisiatif kesehatan masyarakat
- Memilih Bahan Makanan
Ahli gizi juga dapat berperan dalam pemilihan bahan makanan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, misalnya pangan rendah karbon yang bersumber dari nabati demi mengurangi emisi gas rumah kaca4.
Selain itu, ahli gizi bisa mendorong pemilihan bahan pangan yang dapat meminimalisir limbah dan memprioritaskan pangan lokal, sehingga tidak hanya mendukung kesehatan masyarakat, namun juga kelestarian lingkungan.
- Mengurangi Food Waste
Ahli gizi dapat memanfaatkan keahlian mereka untuk mendidik masyarakat tentang strategi efektif meminimalkan limbah atau sampah makanan, misalnya dengan memberikan panduan tentang teknik penyimpanan makanan yang tepat untuk memperpanjang umur simpan barang yang mudah busuk.
Selain itu, juga tentang perencanaan makan dan kontrol porsi untuk mencegah pembelian berlebihan dan limbah berikutnya.
- Memberikan Edukasi dan Penyuluhan
Selain berperan dalam penyusunan menu seimbang dan pemilihan bahan makanan, Ahli Gizi juga memiliki kontribusi penting dalam mengedukasi masyarakat terkait pentingnya konsumsi makanan dengan gizi seimbang melalui pendekatan tertentu.
Ahli Gizi juga dapat memberikan pendidikan yang lebih luas dengan membahas faktor lain yang dapat memengaruhi kebiasaan makan, termasuk budaya dan lingkungan sosial.
- Pengawasan Terhadap Populasi Khusus
Ahli Gizi dalam MBG juga harus melakukan pengawasan terhadap populasi khusus.
Populasi khusus yang dimaksud ini seperti anak dengan alergi, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), dan sebagainya.
Ahli Gizi dapat memantau kebutuhan dan status gizi mereka, termasuk memastikan asupan makanan yang memadai, menilai pertumbuhan, hingga memberikan intervensi diet khusus.
- Monitoring dan Evaluasi
Ahli Gizi juga bisa melakukan monitoring dan evaluasi.
Sebab, dalam program MBG ini, tentu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi juga untuk memantau distribusi dan kualitas makanan yang diberikan kepada sasaran agar tetap memenuhi kepatuhan terhadap standar gizi.
- Advokasi Kebijakan
Ahli gizi dapat berkontribusi memberikan masukan terkait dengan kebijakan program yang sedang berjalan.
Termasuk dalam upaya advokasi untuk mendukung keberlanjutan program yang juga nantinya akan berdampak terhadap masyarakat yang mereka layani.
(Tribunnews.com/Rifqah)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.