Senin, 29 September 2025

Bus Petani yang Mau Aksi ke Jakarta Diadang Aparat, KPA: Mau Makar Bagaimana? Mereka Kakek-Nenek

Sekjen KPA Dewi Kartika menuturkan bahwa banyak rombongan petani yang harus menempuh perjalanan hingga puluhan jam

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Dodi Esvandi
Tribunnews/Chaerul Umam
Sekretaris Jenderal Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Dewi Kartika, menyinggung penjarahan terhadap tanah-tanah rakyat di pedesaan luput dari pemberitaan.Hal itu disampaikannya dalam audiensi dengan Pimpinan DPR RI pada Rabu (24/9/2025). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Sekretaris Jenderal Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), Dewi Kartika, mengungkapkan kekecewaannya atas sulitnya akses bagi petani, nelayan, buruh, dan masyarakat adat untuk menyampaikan aspirasi mereka ke ibu kota.

Dalam audiensi bersama DPR RI di Gedung Senayan, Rabu (24/9/2025), Dewi menuturkan bahwa banyak rombongan petani yang harus menempuh perjalanan hingga puluhan jam. 

Bahkan, ratusan bus yang mereka tumpangi disebut sempat ditahan oleh aparat.

“Petani-petani ini menempuh perjalanan 10 jam, pulang-pergi bisa 20 jam dari Pangandaran, Ciamis, dan daerah lainnya. Ini lebaran mereka, momen menyuarakan harapan,” ujar Dewi.

Ia menyebut sejak dini hari hingga pagi, sejumlah bus ditahan di jalan. 

Para sopir diminta turun dan dimintai keterangan, membuat perjalanan para petani terhambat.

Baca juga: Aksi Hari Tani Nasional Selesai, Massa Petani di Jakarta Pulang Berbekal Janji DPR 

“Kenapa untuk petani, nelayan, masyarakat adat, dan buruh, menyampaikan aspirasi ke Jakarta begitu sulit?” ucapnya dengan nada geram.

Dewi menekankan bahwa mayoritas peserta aksi bukanlah kelompok muda, melainkan orang tua yang sudah lanjut usia, bahkan ada yang membawa anak-anak. 

Ia membantah keras tudingan bahwa aksi tersebut bertujuan menciptakan kerusuhan.

“Ini petani, kakek-nenek. Regenerasi petani kita memang tidak berjalan, jadi yang datang kebanyakan sudah tua. Mereka bawa anak-anak. Mau rusuh seperti apa? Kami mau makar bagaimana?” tegasnya.

Menurut Dewi, hambatan terhadap aspirasi rakyat kecil adalah sinyal bahaya bagi kondisi bangsa. 

Ketika petani merasa perlu datang ke kota untuk menyuarakan keresahan, itu menandakan ada yang tidak beres di tanah air.

“Kalau petani sudah masuk ke kota-kota, artinya tanah air kita sedang tidak baik-baik saja,” pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan