Senin, 29 September 2025

Kenakan Jas Biru dan Peci Hitam, Prabowo Pidato Perdana di Sidang Umum PBB

Dalam pidatonya di Sidang Umum PBB, Presiden Prabowo Subianto menegaskan pentingnya solidaritas, kesetaraan, dan penghormatan terhadap HAM.

Penulis: Taufik Ismail
YouTube Sekretariat Presiden
PIDATO PRABOWO - Presiden Prabowo Subianto Pidato pada Sidang Umum PBB di New York,Amerika Serikat, pada Selasa, (23/9/2035). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pidato perdananya pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat, Selasa (23/9/2025).

Presiden tampak mengenakan setelan jas biru tua dengan dasi biru dan kemeja biru, lengkap dengan peci hitam khas Indonesia.

Di jasnya tersemat pita merah putih beserta pin lambang resmi.

Presiden berbicara di podium dengan dua mikrofon di depan sejumlah pemimpin dunia.

Ekspresi wajah Presiden terlihat sangat serius saat menyampaikan pidato dengan penuh semangat.

Dalam pidatonya, Prabowo menegaskan pentingnya solidaritas, kesetaraan, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia sebagai fondasi bagi perdamaian dan kemakmuran dunia.

“Kita berbeda ras, agama, dan kebangsaan, namun kita berkumpul bersama hari ini sebagai satu keluarga manusia. Kita di sini, pertama dan terutama, sebagai sesama manusia, masing-masing diciptakan setara, dianugerahi hak yang tidak dapat dicabut untuk hidup, kebebasan, dan mengejar kebahagiaan,” ujar Presiden Prabowo di depan forum internasional tersebut.

Prabowo menekankan bahwa nilai-nilai universal yang terkandung dalam Deklarasi Kemerdekaan dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia telah menginspirasi bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia, dalam memperjuangkan kebebasan dan kemerdekaan.

Menurutnya, kredo “semua manusia diciptakan setara” adalah fondasi moral yang harus terus dijaga untuk mewujudkan martabat dan kemakmuran global.

"Kata-kata Deklarasi Kemerdekaan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menginspirasi gerakan-gerakan demokrasi di berbagai benua, termasuk Revolusi Prancis, Revolusi Rusia, Revolusi Meksiko, Revolusi Tiongkok, dan perjuangan serta perjalanan Indonesia menuju kemerdekaan. Deklarasi ini juga melahirkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1948. Semua manusia diciptakan setara," katanya.

Meski dunia telah mencapai kemajuan pesat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, Prabowo mengingatkan bahwa tantangan besar masih membayangi umat manusia.

Baca juga: Prabowo Tegaskan Dukungan untuk Palestina di PBB, Indonesia Dinilai Bisa Jadi Game Changer

"Namun di era kejayaan ilmu pengetahuan dan teknologi kita sendiri, sebuah era yang mampu mengakhiri kelaparan, kemiskinan, dan kerusakan lingkungan. Kita juga masih menghadapi tantangan dan ketidakpastian yang berat dan berbahaya saat ini, kebodohan manusia yang dipicu oleh rasa takut, rasisme, kebencian, penindasan, dan apartheid mengancam masa depan kita bersama," katanya.

Presiden juga menyinggung pengalaman pahit bangsa Indonesia yang selama berabad-abad berada di bawah kolonialisme, penindasan, dan perbudakan.

Bangsa Indoneaia, kata Prabowo, pernah merasakan hidup dalam perlakuan yang tidak setara.

“Kami, bangsa Indonesia, tahu apa artinya diabaikannya keadilan, dan apa artinya hidup dalam apartheid, hidup dalam kemiskinan, dan diabaikannya kesempatan yang sama," katanya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan