Manuver Politik Jokowi
PDIP Klaim Jokowi Dukung Prabowo-Gibran 2 Periode Demi Kepentingan Anak Sendiri: Mulai Khawatir
Menurut PDIP, pernyataan Jokowi tersebut disampaikan bukan untuk kepentingan bangsa dan negara ini, melainkan demi kepentingan anaknya, yakni Gibran.
"Waktu lima tahun terlalu singkat untuk mewujudkan program-program Prabowo-Gibran," ujar Fredy kepada Kompas.com, Minggu (21/9/2025).
Fredy juga menegaskan bahwa Jokowi selalu meminta kelompok relawan pendukungnya untuk mengawal dan menyukseskan program pemerintahan Prabowo-Gibran.
"Presiden Jokowi kerap kali menyatakan bahwa relawan harus mengawal, memastikan, dan mendukung pemerintahan Prabowo-Gibran agar berhasil menjalankan program-programnya," ujar Fredy.
Pengamat Sebut Jokowi Terlihat Menyedihkan
Terkait pernyataan Jokowi tersebut, Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif lembaga konsultan politik Charta Politika, Yunarto Wijaya, mengaku kaget karena hal tersebut bisa dimaknai bahwa eks Presiden ke-7 RI itu juga menginginkan anaknya tetap berkuasa.
"Terus terang saya agak kaget, apalagi kalau kita dengarkan kalimatnya, itu bisa bermakna ganda. Yang disebutkan oleh Jokowi bukan mendukung pemerintahan Prabowo, tapi pemerintahan Prabowo Gibran dua periode," katanya, Jumat (19/9/2025), dikutip dari YouTube Kompas TV.
Bahkan, menurut Yunarto, Jokowi terlihat menyedihkan karena sebagai mantan orang nomor satu RI, seharusnya dia bisa menjadi sosok negarawan yang berintegritas dan berbicara mengenai isu-isu krusial, seperti SBY dan Megawati, yang sudah memiliki level lebih tinggi sebagai negarawan.
"Buat saya menyedihkan buat seorang mantan presiden, yang seharusnya sudah menjadi seorang statesman, negarawan, yang bicaranya kalau kita lihat Pak SBY itu diundang ke luar negeri, berbicara mengenai climate change, disrupsi AI, atau Ibu Mega misalnya, yang diundang di Vatikan berbicara tentang keberagaman," jelas Yunarto.
"Ini yang menurut saya sangat disayangkan dari seorang mantan presiden dua periode yang kita harapkan ada pada tahapan seorang negarawan, tapi malah masuk wilayah perbincangan mengenai elektoral, transaksi kekuasaan," imbuhnya.
Yunarto juga menekankan bahwa Jokowi sebagai mantan kepala negara seharusnya tidak bicara soal kekuasaan.
Menurutnya, Jokowi semestinya meminta kepada relawannya agar bisa lebih berintegritas lagi.
Terlebih, dukungan untuk Prabowo-Gibran dua periode ini disampaikan Jokowi saat banyak relawannya di Kabinet Merah Putih dicopot Prabowo, yakni Mantan Wakil Menteri Tenaga Kerja RI (Wamenaker) Immanuel Ebenezer (Noel) yang ditangkap KPK kasus dugaan pemerasan terhadap perusahaan terkait pengurusan sertifikasi K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) di Kementerian Ketenagakerjaan RI.
Kemudian Ketua Umum Pro Jokowi (Projo) Budi Arie Setiadi juga dicopot sebagai Menteri Koperasi RI dalam reshuffle (perombakan) kabinet pada Senin (8/9/2025) lalu.
Selanjutnya adalah Elite Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin pada Pilpres 2019, Abdul Kadir Karding, juga terkena reshuffle kabinet pada Senin dan dicopot dari jabatan Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI).
Lalu, Hasan Nasbi yang juga dikenal sebagai salah satu orang dekat Jokowi dicopot dari posisi Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) dalam reshuffle yang diadakan pada Rabu (17/9/2025).
"Ya, dengan ditangkapnya Noel dan dipecatnya Budi Arie sebagai dua perwakilan relawan yang menggunakan nama Jokowi, tadinya saya berharap, Jokowi memerintahkan kepada relawannya untuk menjaga integritas, untuk bekerja dengan baik, untuk bisa menyokong secara kapabilitas, bagaimana pemerintahan Prabowo Gibran bisa berlangsung dengan baik, bukan bicara tentang kekuasaan" kata Yunarto.
(Tribunnews.com/Rifqah/Rizki) (Kompas.com/Adhyasta)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.