Demonstrasi di Berbagai Wilayah RI
Andi Widjajanto: Kerusuhan Agustus dan Berebut Pengaruh Presiden
Andi Widjajanto mengatakan titik kritis kerusuhan akhir Agustus 2025 tak terlepas dari dugaan pertarungan elit yang terjadi
Penulis:
Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor:
Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penasihat Senior LAB 45 Andi Widjajanto mengatakan, titik kritis pada kerusuhan yang terjadi di Indonesia pada 25-31 Agustus 2025, tak terlepas dari adanya dugaan pertarungan elit yang terjadi.
Apalagi, kerusuhan yang berubah menjadi amok massa menyasar kepada personal-personal elit tertentu yang melambangkan DPR, serta melambangkan pemerintah seperti Sri Mulyani.
Andi Widjajanto juga menduga adanya upaya pengaruh global yang mencoba mengganggu Indonesia akibat keputusan bergabung dengan BRICS, serta perebutan kelompok pengaruh di sekeliling Presiden Prabowo Subianto.
Hal itu disampaikan Andi Widjajanto saat sesi wawancara khusus dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra di Studio Tribunnews, Palmerah, Jakarta, Senin (16/9/2025).
“Mau tidak mau kemudian analisis lebih dalamnya harus mengkaji ini pertarungan elit untuk mendapatkan apa? yang saya pernah menyebutnya kalau secara global mungkin ada pertarungan elit karena ada kekhawatiran dari elit-elit global tertentu tentang arah kebijakan Indonesia ke depan apakah Indonesia yang kelihatan ke BRICS, Indonesia yang ke China, dan seterusnya,” kata Andi.
“Atau ada di level nasional, perebutan kelompok pengaruh di sekeliling Presiden untuk mendapatkan akses pengaruh yang lebih besar,” sambung dia.
Baca juga: Polda Sulsel Tetapkan 53 Tersangka Terkait Kerusuhan saat Unjuk Rasa, Ada Anak di Bawah Umur
Tak hanya itu, eks Sekretaris Kabinet di era Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) ini pun menduga adanya friksi yang ada di kepolisian akhirnya mengarah kepada isu pergantian Kapolri atau isu yang lebih besar tentang reformasi di Polri.
Menurutnya, hal ini mirip dengan peristiwa kasus 97-98 ketika titik kritisnya terjadi, terjadi amok tentang kerusuhan lalu akhirnya keberhasilan dari masa mahasiswa untuk menduduki di parlemen.
“Proses yang awal yang segera muncul itu memang pergantian elit, pergantian terutama di tubuh TNI, karena kemudian fokus utamanya adalah menjelaskan tentang ketidakberhasilan melakukan deteksi dini, kegagalan untuk melakukan pengamanan sampai kepada Protap, misalnya tentang pergerakan pasukan yang tidak diketahui oleh Presiden, dari hal-hal yang sifatnya taktikal operasional ini kemudian proses dari transisi pergeseran elitnya terjadi,” jelasnya.
Andi juga bicara soal perombakan menteri atau reshuffle kabinet Merah Putih yang mengganti Menko Polkam Budi Gunawan, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi, Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo dan Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia Abdul Kadir Karding.
Menurut dia, ada dua hal yang mendasari itu. Pertama, pergantian Budi Gunawan dan Sri Mulyani bisa dikatakan terkait peristiwa 25-31 Agustus lalu.
Namun, untuk tiga menteri lainnya tidak bisa ditarik pada peristiwa sebelumnya.
“Untuk saya, 2 plus 3 ini menyimpulkan bahwa ada masalah lain yang menjadi beban Presiden tentang Kabinet disimpulkan dengan pergantian 3 menteri tersebut tapi masalah utamanya tentang 2 menteri Pak Budi Gunawan dan Ibu Sri Mulyani,” terangnya.
Andi pun memberi pesan khusus agar peristiwa serupa tak terjadi kembali di kemudian hari. Dimana, menurutnya, harus ada tindakan konsolidasi elit yang bisa meredam peristiwa kerusuhan terulang.
Baca juga: Politisi PDIP Andi Widjajanto Mengaku Lihat dan Pegang Langsung Ijazah Jokowi saat Pilpres 2014
Berikut petikan wawancara dengan Penasihat Senior LAB 45 Andi Widjajanto bersama Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra;
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.