Demonstrasi di Berbagai Wilayah RI
Ajakan Agar Masyarakat Indonesia Tak Terhasut Kerusuhan di Nepal, Andi Arief: Contoh Aksi 212
Politisi dari Partai Demokrat, Andi Arief, mengingatkan, Indonesia tidak sepatutnya mencontoh aksi-aksi merusak seperti kerusuhan di Nepal
“Terlihat bahwa demo di sejumlah daerah seolah sudah direkayasa oleh kelompok tertentu yang memanfaatkan media sosial untuk menciptakan keributan dan mengarah pada tindakan anarkis,” tegas Rudi.
Rudi berpendapat, media sosial kerap disalahgunakan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan propaganda, berita bohong (hoaks), dan ajakan yang dapat memicu kerusakan.
Ia meminta seluruh lapisan masyarakat, termasuk mahasiswa dan pelajar, untuk tetap bersikap kritis namun tidak mudah terjerumus dalam hasutan.
Menjaga ketertiban umum, menurutnya, adalah bentuk nyata dari kontribusi kita semua dalam mempertahankan keamanan dan kedamaian bangsa.
Seruan dari berbagai tokoh ini menggambarkan betapa pentingnya kesadaran bersama untuk menjaga Indonesia agar tetap aman dan tentram.
Masyarakat diharapkan mampu menyaring informasi, mengutamakan cara-cara yang elegan dan bermartabat dalam berpendapat, serta menolak segala bentuk hasutan yang mengajak pada kekerasan.
Alarm Indonesia
Pengamat politik sekaligus Direktur Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, menyoroti aksi protes besar di Nepal yang berujung pada krisis politik dan kekosongan pemerintahan.
Dirinya menilai peristiwa tersebut menjadi pembelajaran penting bagi Indonesia.
“Kerusuhan di Nepal menjadi pembelajaran yang sangat penting, meninggalnya istri Perdana Menteri yang dibakar massa, presidennya kabur, pemerintahan kosong, dan akhirnya diambil alih militer."
"Hanya karena apa? Katanya terinspirasi dari Indonesia, jadi ini akan menjadi alarm penting bagi pejabat di Indonesia, elite atau politisi di Indonesia,” kata Pangi, Kamis (11/9/2025).
Pangi menilai, aksi yang dimotori para Generasi Z (Gen Z) itu dipicu gaya hidup mewah pejabat dan anak-anak pejabat di tengah krisis ekonomi rakyat.
“Budaya flexing pejabat saat rakyat susah mencari kerja, mengalami PHK massal tanpa bantuan, penderitaan, penindasan, dan ketidakadilan, itulah yang melahirkan protes,” ujarnya.

Ia menekankan, protes di Nepal justru digerakkan oleh anak-anak muda, termasuk pelajar SMA.
"Ini gerakan bocah SMA, ketika mereka pidato pada bulan Maret kemarin itu kan berapi-api sekali, jadi mereka hanya fokus pada isu korupsi, kemudian pengangguran, lapangan pekerjaan yang susah,” jelasnya.
Menurut Pangi, fenomena di Nepal memberi pesan serius bagi elite politik di Indonesia.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.