Senin, 29 September 2025

Demonstrasi di Berbagai Wilayah RI

Mantan Intel BIN Sebut Ada Skenario Besar dalam Demo Ricuh, Aparat dan Massa Dikendalikan Sosok Ini

Kolonel Inf (purn), Sri Radjasa Chandra menyebut ada skenario besar dalam demo yang berakhir ricuh belakangan ini.

|
Editor: Wahyu Aji

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan anggota Intel pada Badan Intelijen Negara (BIN), Kolonel Inf (purn), Sri Radjasa Chandra menyebut ada skenario besar dalam demo yang berakhir ricuh belakangan ini.

Bahkan, menurutnya baik dari massa maupun aparat keamanan dikendalikan oleh satu orang sosok yang sama.

"Bahwa aksi demo kemarin adalah aksi yang menggunakan pola dua pihak dikendalikan. Pedemo dan aparat keamanan dikendalikan oleh satu (sosok). Ini boleh saya katakan bahwa non-state actor. Bukan aktor negara ya, bukan," kata Sri Radjasa saat saat wawancara eksklusif dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra di Kantor Redaksi Tribunnews.com, Jakarta pada Selasa (2/9/2025).

 

Menurutnya, sosok yang masih memiliki sahwat yang sangat besar untuk bermain pada kontestasi politik 2029 mendatang menjadi aktor yang menginisiasi aksi demo ini ricuh.

"Kita lihat, bagaimana sahwat Jokowi ini untuk menghadapi 2029 masih sangat besar. Oleh karenanya, ketika ada hambatan terhadap sahwat Jokowi itu itu, akan terjadi. Kan aneh, Pak, kalau sampai saat ini relawan masih dipertahankan. Bahkan ada organisasi baru yang secara eksplisit mendukung Jokowi. Ini kan cawe cawe," tuturnya.

Sri Radjasa mengatakan pengendalian dari sosok yang tak dia sebutkan namanya tersebut membuat fungsi intelijen tak berjalan sehingga negara pun tak bisa mengontrol.

"Kantor polisi dibakar, gedung ini dibakar. Karena kan (ada).pembiaran. Jadi ada agenda dari kejadian ini. Ada agenda besar yang ingin menciptakan situasi chaos," tuturnya.

Sosok yang menginginkan terjadinya kericuhan ini, disebut Sri Radjasa, adalah orang yang masih memilki syahwat untuk berkuasa pada 2029 nanti.

"Kita lihat kronologisnya. Awalnya ada ajakan demo pada 25 Agustus. Itu yang menamakan diri revolusi rakyat Indonesia, narasinya adili Jokowi, makzulkan Gibran dengan mekanisme DPR. Nah, ini dilihat oleh kelompok yang merasa terusik bahwa DPR bisa jadi ancaman," tuturnya.

"Maka dimulailah membangun opini DPR menerima tunjangan begitu besar, DPR menerima gaji yang begitu besar. Sehingga muncul kebencian, langsung berubah, terbentuklah opini bahwa DPR harus dibubarkan," ucapnya.

Sri Radjasa mengatakan penyerangan dan penjarahan yang tak hanya di rumah anggota DPR melainkan rumah pribadi Menteri Keuangan, Sri Mulyani termasuk aset-aset pemerintahan merupakan bentuk pengalihan agar tidak terlalu terlihat yang menjadi incaran adalah para anggota legislatif.

"Kita lihat bagaimana sahwat Jokowi ini untuk menghadapi 2029 masih sangat besar. Oleh karenanya, ketika ada hambatan terhadap sahwat Jokowi itu itu, akan terjadi. Kan aneh, Pak, kalau sampai saat ini relawan masih dipertahankan. Bahkan ada organisasi baru yang secara eksplisit mendukung Jokowi. Ini kan cawe cawe," tuturnya.

Untuk informasi, Polri menyatakan telah menangkap sebanyak 3.195 orang terkait demonstrasi berujung ricuh yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia pada beberapa waktu belakangan ini.

Karopenmas Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan, ribuan orang itu ditangkap oleh 15 Polda jajaran pada saat melakukan penegakan hukum.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan