Selasa, 30 September 2025

Pesawat Latih Jatuh di Bogor

Profil Marsma Fajar Adrianto yang Meninggal pada Kecelakaan Pesawat di Bogor: Mantan Pilot F-16

Bagi awak media, sosok Marsma Fajar tidak asing karena pernah dipercaya menjadi Kepala Dinas Penerangan TNI (AU) atau Kadispenau.

|
Ist
KECELAKAAN PESAWAT - Marsekal Pertama (Marsma) TNI Fajar Adrianto meninggal dunia dalam insiden jatuhnya pesawat latih milik TNI AU di wilayah Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, pada Minggu (3/8) sekitar pukul 10.00 WIB.  

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Marsekal Pertama (Marsma) TNI Fajar Adrianto meninggal dunia dalam insiden jatuhnya pesawat latih milik TNI AU di wilayah Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, pada Minggu (3/8) sekitar pukul 10.00 WIB. 

Ciampea adalah sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. 

Bagi awak media, sosok Marsma Fajar tidak asing karena pernah dipercaya menjadi Kepala Dinas Penerangan TNI (AU) atau Kadispenau.

Marsma TNI Fajar yang menerbangkan pesawat Microlight Fixedwing Quicksilver GT500 dengan registrasi PK-S126 milik Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) lepas landas dari Lanud Atang Sendjaja pukul 09.08 WIB dalam misi latihan profisiensi. 

Namun, sekitar pukul 09.19 WIB, pesawat hilang kontak dan ditemukan jatuh di ladang dekat TPU Astana, Desa Benteng, Ciampea.

Marsma Fajar bertindak sebagai pilot, didampingi Roni sebagai co-pilot. 

Keduanya langsung dievakuasi ke RSAU dr. M. Hassan Toto, di area Lanud ATS. Fajar dinyatakan meninggal dunia setibanya di rumah sakit, sementara Roni mengalami luka berat dan masih dirawat intensif.

Marsma Fajar adalah perwira tinggi TNI AU kelahiran Bandung Jawa Barat pada 20 Juni 1970.

Ia adalah salah seorang pejabat TNI Angkatan Udara yang kini tercatat mengemban amanah sebagai Kapoksahli Kodiklatau.

Sebelumnya, sejumlah jabatan strategis pernah diduduki oleh Fajar di antaranya Kepala Pusat Potensi Dirgantara TNI AU, Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau), dan Komandan Lanud Manuhua, Biak Papua.

Semasa menjabat sebagai Kadispenau, Fajar bukanlah orang asing bagi kalangan wartawan.

Selain itu, alumni Akademi Angkatan Udara (AAU) 1992 dari Korps Penerbang itu juga tercatat merupakan pernah menjadi penerbang pesawat tempur F-16 Fighting Falcon yang memiliki call-sign 'Red Wolf'.

Fajar juga tercatat pernah mengemban jabatan sebagai komandan Skadron 3 Lanud Iswahyudi dari tahun 2007 sampai 2010.

lihat fotoRED WOLF - Marsekal Pertama TNI Fajar Adrianto meninggal dunia akibat kecelakaan pesawat latih milik TNI AU yang jatuh di Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, pada Minggu, 3 Agustus 2025 sekitar pukul 10.00 WIB.
RED WOLF - Marsekal Pertama TNI Fajar Adrianto meninggal dunia akibat kecelakaan pesawat latih milik TNI AU yang jatuh di Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, pada Minggu, 3 Agustus 2025 sekitar pukul 10.00 WIB.

Dia juga tercatat meraih sejumlah bintang dan tanda jasa kehormatan di antaranya Bintang Dharma Yudha Nararya dan Bintang Swa Bhuwana Paksa Nararya.

Kadispenau saat ini, Marsma I Nyoman Suadnyana mengatakan, Fajar merupakan penerbang jet tempur F-16, salah satu jet tempur produksi Amerika Serikat (AS).

“(Marsma Fajar) penerbang tempur F-16 dengan call sign ‘Red Wolf’,” ujar Suadnyana, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (3/8/2025).

Karier Militer Marsma Fajar di TNI AU:

  • Penerbang tempur F-16 Fighting Falcon
  • Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau) (2019–2020)
  • Kapuspotdirga dan Aspotdirga Kaskoopsudnas
  • Kapoksahli Kodiklatau sejak Desember 2024

Kondisi pesawat baik

Pesawat latih milik Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) yang jatuh di Kecamatan Ciampea, Bogor, Jawa Barat, Minggu pagi, 3 Agustus 2025, disebut dalam kondisi baik.

Pesawat ringan jenis olahraga dengan nomor registrasi PK-S216 itu lepas landas dari Lanud Atang Sendjaja, Bogor, sekitar pukul 09.00 WIB untuk menjalani latihan rutin.

Tak lama setelah mengudara, pesawat dilaporkan berputar-putar rendah di atas Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, sebelum akhirnya jatuh di ladang dekat Tempat Pemakaman Umum Astana.

Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama TNI I Nyoman Suadnyana, menyatakan bahwa pesawat telah melalui prosedur pengecekan sebelum terbang.

“Pesawatnya bagus, selesai sebelum terbang dicek bagus,” ujarnya.

Namun, tak sampai satu jam setelah lepas landas, pesawat menghantam tanah dengan suara gemuruh yang terdengar hingga pemukiman warga.

“Saya lihat pesawat itu miring, coba naik lagi, tapi tiba-tiba jatuh,” kata Enjat Sudrajat, warga yang menjadi saksi mata.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan