Lokal Asri
Marak Beras Oplosan, Yuk Tilik Kembali Potensi Pangan dari Alam Indonesia
Dengan munculnya isu beras oplosan, sudah waktunya untuk kita menilik kembali kekayaan alam Indonesia yang mampu menghasilkan pangan berkualitas.
Penulis:
Yosephin Pasaribu
Editor:
Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Mencuatnya kasus beras oplosan memicu kekhawatiran publik. Beras yang seharusnya menjadi sumber makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat, justru dimanipulasi.
Beras oplosan adalah produk beras yang dicampur dengan beras plastik atau jenis karbohidrat lain, dikemas ulang, lalu dijual sebagai produk premium dengan nilai yang melampaui harga eceran tertinggi (HET).
Maraknya peredaran produk ini mulai terkuak usai investigasi yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) pada 6-23 Juni 2025 dengan mengambil 268 sampel beras dari 212 merek di 10 provinsi.
Berdasarkan hasil penyelidikan, diketahui sebanyak 88,24 persen beras premium tidak dijual sesuai mutu standar nasional Indonesia (SNI).
Kasus ini memperlihatkan bahwa kita—sebagai konsumen—tak hanya dirugikan secara ekonomi, tetapi juga terancam kesehatannya akibat kualitas produk yang melanggar standar.
Di saat seperti ini, sudah waktunya untuk kita menilik kembali kekayaan alam Indonesia yang berpotensi menghasilkan pangan berkualitas tinggi.

Baca juga: Beras Oplosan Ancam Kesehatan: Waspada Ciri Fisik dan Bahayanya Ini
Beras Organik: Simbol Hidupnya Alam Indonesia
Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki lahan pertanian yang subur dan tradisi bertani yang dijaga turun-temurun. Dari ujung barat sampai timur Indonesia, tanah-tanah subur membentang luas.
Tak hanya itu, iklim tropis dan kearifan lokal yang dijaga turun-temurun membuat Indonesia berpotensi besar menghasilkan pangan berkualitas, seperti beras organik.
Salah satu contoh kekayaan alam Indonesia tersebut bisa dilihat di Bali, tepatnya di Desa Jatiluwih. Desa ini menjadi satu dari sekian banyak contoh kekayaan pertanian di Indonesia. Sejumlah daerah di Jawa Barat—seperti Kabupaten Tasikmalaya, Karawang, Indramayu, dan Cianjur—juga merupakan penghasil beras organik terbesar di Indonesia.
Desa yang terletak di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan ini, dikenal dengan sistem irigasi tradisional yang disebut dengan subak.
Mengutip dari Kompas.com, subak adalah makna dari filosofi Tri Hita Karana dalam agama Hindu yang mencerminkan keseimbangan dan keharmonisan antara manusia, alam, dan spiritualitas. Dengan keunikan tersebut, tak heran jika UNESCO menetapkan subak sebagai warisan budaya dunia pada tahun 2012.
Para petani Bali percaya bahwa pertanian beras organik tak hanya baik untuk kesehatan manusia, tapi juga bagi lingkungan. Hal ini dapat terjadi karena mereka menerapkan metode yang melindungi kesuburan tanah, menyeimbangkan konsumsi air, dan meminimalkan jejak karbon dalam proses penanamannya.
Dari hamparan sawah yang berundak-undak inilah lahir beras organik khas Jatiluwih yang ditanam tanpa pestisida dan pupuk sintetis. Tak hanya itu, pengolahan beras organik pun tidak menggunakan proses radiasi maupun zat kimia.
Diproses dengan budi daya yang lebih alami, beras organik disebut memiliki kandungan nutrisi dan mineral yang tinggi. Beberapa manfaat beras organik diantaranya mengurangi resiko penyakit diabetes, mengontrol gula darah karena lebih rendah indeks glikemik, hingga menjaga berat badan.
Baca juga: Jamu dan Alam Indonesia: Warisan Sehat yang Wajib Dijaga Bersama
Kelestarian Alam Indonesia dan Kesejahteraan Manusia
Melihat manfaatnya itu, dapat disimpulkan bahwa kekayaan alam Indonesia yang dikelola dengan bijak bisa menghasilkan bahan pangan berkualitas tinggi tanpa perlu dioplos.
Dengan beredarnya isu beras oplosan, kita diingatkan kembali untuk lebih jeli sebagai konsumen. Mengonsumsi beras organik lebih dari sekadar pilihan gaya hidup, tapi juga cara merawat warisan alam Indonesia yang penuh kearifan lokal.
Lebih dari itu, memilih produk lokal juga bisa menjadi bentuk kepedulian kita terhadap alam dan kesejahteraan petani. Dengan mendukung pertanian organik, kita ikut menjaga keseimbangan ekosistem dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi desa.
Melalui inisiatif Lokal Asri, Tribunnews dan Tribun Network mengajak kamu untuk turut berkontribusi dalam pelestarian dan keberlanjutan lingkungan.
Bersama Lokal Asri, yuk ketahui lebih banyak cerita tentang alam Indonesia, destinasi wisata berkelanjutan, serta usaha-usaha dengan produk ramah lingkungan.
Artikel ini merupakan bagian dari inisiatif Lokal Asri yang berfokus pada lokalisasi nilai-nilai tujuan pembangunan berkelanjutan. Pelajari selengkapnya!
Lokal Asri
5 Gunung Berbalut Kisah Mistis di Balik Keindahan Alam Indonesia |
---|
Kemitraan Indonesia - PBB Diperbarui, Siap Dorong Agenda SDGs hingga 2030 |
---|
Penasihat Muda Sekjen PBB, Ada Tokoh Muda Perubahan Iklim Indonesia |
---|
Misteri Segitiga Bermuda Ada di Alam Indonesia? Perairan Masalembo Namanya! |
---|
6 Geopark Alam Indonesia yang Mendunia, Dapat Pengakuan dari UNESCO! |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.