Trump Terapkan Tarif Timbal Balik
Indonesia Diminta Lakukan Diversifikasi ke Negara Anggota BRICS Agar Tak 'Bergantung' pada AS
Indonesia diminta mengambil tindakan konkret atas rencana Presiden AS Donald Trump menaikkan tarif resiprokal 10 persen kepada negara anggota BRICS.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional RI (Lemhannas) Ace Hasan Syadzily, memandang penting agar Indonesia bisa mengambil tindakan konkret atas rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump menaikkan tarif resiprokal 10 persen kepada negara anggota BRICS.
Diketahui, saat ini AS sudah hampir dipastikan mengenakan tarif resiprokal sebesar ke Indonesia sebesar 32 persen.
Baca juga: Trump Bakal Kenakan Tarif Resiprokal, Gubernur Lemhannas: Dampak Bergabung dengan BRICS
Angka tersebut berpotensi bertambah 10 persen karena Indonesia merupakan bagian dari BRICS.
Terhadap hal itu, Ace mendorong pemerintah untuk bisa memperkuat industri nasional dan ekonomi dalam negeri.
"Yang jauh lebih penting adalah kita harus memperkuat industri nasional kita, ekonomi dalam negeri kita," kata Ace kepada awak media di Kantor Lemhannas RI, Jakarta, Jumat (11/7/2025).
Menurut Ace, apabila Indonesia memiliki kekuatan industri dalam negeri yang solid maka ketegangan geopolitik dan geoekonomi global tidak akan berpengaruh banyak bagi Indonesia.
"Misalnya dengan memperkuat TKDN kita atau belanja nasional kita yang diarahkan pada penguatan ekonomi dalam negeri kita tentu mudah-mudahan ini tidak terlalu berpengaruh terhadap apa yang kita sedang hadapi," ucap Ace.
Selanjutnya, politikus Partai Golkar itu juga mendorong agar pemerintah Indonesia bisa melakukan diversifikasi atau menyebarkan investasi ke beberapa negara yang menjadi anggota BRICS.
Baca juga: Seskab: Indonesia Makin Diperhitungkan Dunia Usai Gabung BRICS
Terlebih menurut Ace, BRICS merupakan perkumpulan aliansi negara-negara besar yang memiliki pangsa pasar besar juga.
"Langkah pemerintah Indonesia juga mendorong supaya ada diversifikasi pasar dengan misalnya BRICS yang merupakan aliansi yang cukup besar karena BRIC itu kan negara-negara besar nih, Rusia, Brazil, India, Afrika Selatan itu United Arab Emirates," kata dia.
Ace berpandangan, apabila Indonesia sudah bisa menerapkan hal demikian dari segi perekonomian, maka ketergantungan terhadap satu negara akan bisa tertangani.
Kata Ace, apabila diversifikasi ke negara-negara BRICS itu dilakukan maka akan menjadikan keuntungan besar bagi perekonomian Indonesia.
"Jadi kita tidak hanya tergantung kepada satu negara tetapi kita juga bisa membangun kerja sama ekonomi dengan negara-negara yang lain termasuk di antaranya dengan BRICS sini," tandas Ace.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali memantik ketegangan global dengan mengancam akan mengenakan tarif impor tambahan 10 persen kepada negara-negara BRICS yang ia anggap berpihak pada kebijakan “anti-Amerika”.
Ancaman ini disampaikan Trump beberapa jam setelah KTT BRICS di Brasil digelar pada 6 Juli 2025.
Ancaman Trump menyasar negara-negara seperti Indonesia, Brasil, India, dan Afrika Selatan.
Trump menetapkan tenggat hingga akhir Juli bagi negosiasi ulang perdagangan, sebelum tarif diberlakukan mulai 1 Agustus.
Ancaman tarif tambahan 10 persen Trump dibalas tegas oleh China, Rusia, dan Indonesia.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.