Senin, 29 September 2025

Kasus HIV pada Remaja Meningkat, Pakar: Aktivitas Seksual Aktif sejak Usia 13 Tahun

Salah satu faktor utama yang dianggap berkaitan adalah aktivitas seksual berisiko yang dilakukan di usia muda, tanpa edukasi perlindungan memadai.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
iStockphoto
ILUSTRASI. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Kesehatan ungkap adanya peningkatan remaja usia 15-19 tahun yang hidup dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV). 

Peningkatan kasus HIV di kalangan remaja menjadi perhatian serius. 

Pakar Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman ungkap salah satu faktor utama yang dianggap sangat berkaitan adalah aktivitas seksual berisiko yang dilakukan di usia muda, tanpa edukasi dan perlindungan yang memadai.

Baca juga: 4 Fakta Penangkapan 11 PSK di Bogor: Ada yang Positif HIV

Ia menjelaskan bahwa HIV ditularkan terutama melalui hubungan seksual.

Sehingga peningkatan kasus pada remaja tak lepas dari maraknya perilaku seksual di kalangan usia muda.

“Apakah ada kaitannya peningkatan kasus HIV di remaja ini dengan banyaknya remaja melakukan aktivitas seksual berisiko di usia muda? Tentu sangat terkait. Karena HIV adalah penyakit yang ditularkan utamanya melalui hubungan seksual,” kata Dicky pada keterangannya, Kamis (26/6/2025).

Hubungan Seksual Dimulai di Usia Sangat Dini

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa data global dan nasional menunjukkan bahwa usia awal remaja melakukan hubungan seksual semakin dini. 

Beberapa kasus bahkan terjadi pada usia 13 atau 14 tahun. 

"Bahkan beberapa ada yang dimulai (aktif seksual) usia 13 atau 14 tahun. Dan banyak remaja yang melakukan hubungan seksual tanpa pengetahuan risiko, apa lagi penggunaan kondom," imbuhnya. 

Sayangnya, mayoritas remaja tersebut melakukannya tanpa pemahaman memadai tentang risiko penularan HIV maupun penggunaan alat perlindungan seperti kondom.

Kurangnya informasi, minimnya pendidikan seks yang komprehensif, serta stigma di lingkungan sekolah dan keluarga turut memperparah situasi ini.

Selain itu, akses terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi dinilai masih rendah, terutama di luar kota besar. 

Hal ini menyebabkan banyak remaja tidak mendapatkan informasi atau bantuan medis yang seharusnya mudah diakses.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan