Waspada Virus Ebola Masuk ke Indonesia, Pemerintah Harus Perketat Pintu Masuk Bandara dan Pelabuhan
Wabah Ebola terbaru disebabkan oleh Zaire Ebola Virus. Dari total kasus yang dilaporkan 16 orang meninggal dunia termasuk empat orang tenaga kesehatan
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dunia kembali diguncang oleh kabar merebaknya wabah Ebola di Afrika. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat hingga kini ada 28 kasus terduga dan terkonfirmasi dengan angka kematian mencapai 57 persen.
Baca juga: Elon Musk Akui DOGE Grasak-grusuk, Tak Sengaja Pangkas Bantuan Penanganan Ebola di Uganda
Situasi ini mendapat sorotan dari Epidemiolog dan Pakar Kesehatan, Dicky Budiman yang menilai Indonesia perlu meningkatkan kewaspadaan di pintu masuk negara.
“Sekali lagi saya ingin merespon dan mengupdate ya situasi wabah yang mulai beberapa jenis wabah yang tadinya terkendali sekarang muncul di beberapa kawasan terutama di Afrika,” kata Dicky pada keterangannya, Kamis (11/9/2025).
Wabah Ebola terbaru disebabkan oleh Zaire Ebola Virus. Dari total kasus yang dilaporkan, 16 orang meninggal dunia, termasuk empat tenaga kesehatan.
Tingginya risiko penularan pada tenaga medis menunjukkan lemahnya pengendalian infeksi di fasilitas kesehatan di wilayah terdampak. Ebola menular melalui cairan tubuh, darah, serta kontak dekat dengan pasien atau jenazah tanpa prosedur keamanan.
Hal ini membuat pekerja medis dan masyarakat sekitar sangat rentan bila protokol kesehatan tidak dijalankan dengan ketat. Meski berada jauh dari Afrika, Indonesia tetap memiliki risiko penularan, terutama dari arus perjalanan internasional.
Masa inkubasi Ebola bisa berlangsung antara 2 hingga 21 hari. Artinya, seseorang bisa saja terinfeksi tanpa gejala saat tiba di bandara atau pelabuhan Indonesia.
Menurut Dicky, peningkatan kewaspadaan di pintu masuk negara sangat penting, bukan dengan tes massal, tetapi melalui skrining berbasis riwayat perjalanan.
Baca juga: Virus Marburg Tewaskan 9 Orang di Afrika, Gejalanya Mirip Ebola
“Mitigasi prioritas untuk Indonesia untuk checklist ya di pintu masuk dan surveillance untuk aktifkan enhance ya screening berbasis riwayat perjalanan 21 hari dan ill passengers protocol ini penting juga notifikasi segera kurang dari 24 jam ke Public Health Officer (PHEOC),” tegasnya.
Selain memperkuat deteksi di bandara dan pelabuhan, tenaga kesehatan juga perlu dilengkapi alat pelindung diri (APD) level tinggi. Hal ini mencakup gaun impermeable, sarung tangan ganda, respirator, hingga pelindung wajah.
Sistem rujukan rumah sakit juga harus siap menerima pasien dengan gejala mirip Ebola. Dicky mengingatkan bahwa komunikasi risiko harus dijalankan dengan baik agar masyarakat tidak panik, namun tetap waspada.
Edukasi publik tentang cara penularan Ebola yang bukan melalui udara, melainkan cairan tubuh, harus terus disampaikan.
Baca juga: Elon Musk Akui DOGE Grasak-grusuk, Tak Sengaja Pangkas Bantuan Penanganan Ebola di Uganda
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.