Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Iran Vs Israel

Mahfuz Sidik: Perang Dunia III Masih Jauh, Fokus Dunia Dialihkan dari Tragedi Gaza

Ketua Komisi I DPR RI periode 2010–2017, Mahfuz Sidik, menilai bahwa kemungkinan terjadinya Perang Dunia III sebagai dampak keterlibatan AS

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Wahyu Aji
Freepik
ILUSTRASI PERANG DUNIA - Gambar yang diambil dari Freepik pada Rabu (18/6/2025) yang menampilkan ilustrasi peristiwa Perang Dunia. Ketua Komisi I DPR RI periode 2010–2017, Mahfuz Sidik, menilai bahwa kemungkinan terjadinya Perang Dunia III sebagai dampak keterlibatan AS 

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Ketua Komisi I DPR RI periode 2010–2017, Mahfuz Sidik, menilai bahwa kemungkinan terjadinya Perang Dunia III sebagai dampak keterlibatan Amerika Serikat (AS) dalam penyerangan terhadap tiga instalasi nuklir Iran masih tergolong jauh.

Menurutnya, keterlibatan AS dalam konflik Iran-Israel lebih dimaksudkan sebagai upaya pengalihan isu dari tragedi kemanusiaan yang tengah berlangsung di Gaza, Palestina.

"Menurut saya Perang dunia III masih jauh. Tetapi, kalau tragedi kemanusian yang sangat kelam abad ini, yaitu genosida di Gaza Palestina yang dilakukan rezim Zionis Israel dan didukung oleh Amerika akan terus berlangsung dan semakin kelam," kata Mahfuz, dalam keterangannya, Rabu (25/6/2025).

Mahfuz menilai penyerangan terhadap fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan adalah bukti keberhasilan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam menarik AS masuk ke dalam konflik.

Dia menyebut langkah tersebut juga berkontribusi terhadap peningkatan kepercayaan publik Israel terhadap Netanyahu.

"Karena dengan cara itulah dia semakin percaya diri dan kekuasaannya masih akan berlanjut. Terbukti setelah kasus penyerangan Amerika ke Iran, polling terhadap Netayanhu di dalam negerinya, tingkat kepercayaannya semakin meningkat," katanya.

Lebih lanjut, Mahfuz memprediksi bahwa kekejaman Israel di Gaza akan terus meningkat.

Dia menyebut Presiden AS Donald Trump dan PM Israel Netanyahu memiliki tujuan dan ambisi politik yang sejalan untuk mengosongkan wilayah Gaza dari warga Palestina.

"Artinya apa? Israel dan Amerika punya agenda politik dan ambisi yang sama. Dan kalau hari ini, Amerika menyerang tiga instalasi nuklir Iran itu sebenarnya adalah untuk memuluskan kepentingan Israel zionisme berjalan lancar. Sebab, Iran adalah poros perlawanan yang belum dihancurkan," ucapnya.

Sekretaris Jenderal Partai Gelora ini menilai bahwa konflik Iran-Israel dijadikan alat pengalihan perhatian dunia dari isu utama, yakni tragedi kemanusiaan di Gaza.

Ia menekankan bahwa fokus internasional sengaja digeser dari isu Palestina-Israel melalui manuver militer yang mencolok.

"Hari ini dan mungkin satu dua minggu ke depan, kita masih sibuk bicara tentang konflik Israel-Iran dan kemungkinan Perang Dunia III dengan segala macam skenarionya. Itu hanya untuk mengalihkan perhatian publik dunia dari 'Core isu' aktual, yaitu konflik antara Palestina-Israel dan tragedi kemanusian di Gaza," ucapnya.

Mahfuz juga menggarisbawahi bahwa Iran saat ini menjadi satu-satunya kekuatan yang masih bertahan dalam poros perlawanan terhadap agenda Israel Raya.

Menurutnya, negara-negara lain seperti Suriah dan Hizbullah telah dilemahkan, sementara kelompok Houthi dianggap kurang signifikan.

"Sekarang ini poros perlawanan tinggal Iran. Suriah sudah ditaklukkan dengan pergantian rezim. Hizbullah sudah porak poranda, dan Houthi tidak perlu dikwatirkan, karena sangat kecil. Kalau Iran digempur habis-habisan hingga lulu lantak oleh Israel dan Amerika. Maka tidak penghalang apapun bagi Isarel untuk melanjutkan semua ambisi politiknya," ujarnya.

Ia menegaskan bahwa dukungan dunia terhadap Palestina kini bersifat kolektif dan berbasis pada nilai-nilai kemanusiaan, bukan semata persoalan agama.

Hal itu, menurutnya, tampak dari aksi demonstrasi sejumlah warga Yahudi di berbagai kota besar Amerika dan Eropa yang menolak agresi Israel.

"Isu konflik-Palestina dan yang terjadi di Gaza sekarang ini telah menjelma menjadi kesadaran publik, bukan soal kebencian agama, tapi sudah menjadi isu politik dan kemanusiaan," tegasnya.

"Kalau itu soal agama, bagaimana kita menjelaskan begitu banyak orang-orang Yahudi yang turun demo di Amerika Serikat, bukan hanya di New York, tapi di banyak Kota di Amerika, termasuk di Eropa. Mereka menentang apa yang dilakukan oleh Netanyahu. Mereka Yahudi loh, dengan jenggot yang panjang-panjang dan jubah khasnya, tapi mereka menentang Netayanhu," sambungnya.

Mahfuz juga memperingatkan bahwa agresi Israel tidak akan berhenti di Gaza saja, melainkan meluas ke Tepi Barat sebagai bagian dari proyek politik untuk menguasai seluruh Palestina. Ia menilai Iran merupakan hambatan terakhir dalam agenda tersebut.

Baca juga: VIDEO EKSKLUSIF Warga AS Cemas Keputusan Trump Bantu Israel Timbulkan Perang Dunia Ketiga

"Jadi fokus Israel tidak hanya Gaza saja, tapi juga Tepi Barat sampai seluruh wilayah Palestina dikuasai. Dan Iran dianggap penghalang yang belum bisa ditaklukkan. Menyeret Amerika masuk ke dalam perang adalah keberhasilan Netayanhu untuk menghancurkan Iran," pungkas Mahfuz.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved