Sabtu, 4 Oktober 2025

Sinergi Perguruan Tinggi dan Industri Mandek, 842 Ribu Sarjana Terancam Jadi Pengangguran

Ribuan sarjana di Indonesia kini menghadapi kenyataan pahit, karena ijazah tak lagi menjamin pekerjaan.

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Wahyu Aji
zoom-inlihat foto Sinergi Perguruan Tinggi dan Industri Mandek, 842 Ribu Sarjana Terancam Jadi Pengangguran
Istimewa
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bersama Gunawan Tjokro yang menyoroti urgensi membangun jembatan kolaborasi demi menyelamatkan jutaan sarjana dari pengangguran.

Gunawan menilai kebijakan super deduction tax yang diberikan kepada perusahaan untuk kegiatan R&D juga perlu diperluas ke program Praktisi Mengajar.

"Program yang bagus tersebut tidak jalan dengan baik. Karena, masalah R and D bukan sekadar alat atau bangunan yang megah namun ini sangat berhubungan dengan inovasi, creativity dan hal-hal yang sangat ilmiah dan berhubungan dengan kemampuan SDM."

Kampus Tambang Permata, Tapi Tak Digali

Indonesia memiliki lebih dari 3.500 perguruan tinggi, menjadikannya negara kedua terbanyak di dunia. Namun tanpa sinergi dengan industri, potensi tersebut bisa jadi sia-sia.

"Perguruan tinggi di Indonesia ibarat tambang permata yang tidak akan pernah habis dieksplorasi. Namun eksplorasi hanya mungkin dilakukan secara optimal jika ada kemitraan dengan industri,” ungkapnya.

Pengalaman Gunawan sebagai direktur dan komisaris di beberapa perusahaan memperlihatkan bahwa banyak perusahaan besar memiliki program Management Trainee (MT) untuk menjembatani kesenjangan itu. Namun karena minimnya kerja sama struktural dengan kampus, biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk mencetak SDM siap kerja tetap tinggi.

"Ini adalah kesenjangan yang menjadi persoalan besar bagi bangsa Indonesia. Kondisi ini menyebabkan jumlah pengangguran terdidik menjadi semakin besar,” tegasnya.

Visi Bersama dan Kepemimpinan

Selain harmonisasi kebijakan dan platform digital, Gunawan menyebut bahwa ego sektoral juga menjadi batu sandungan besar. Menurutnya, ketiadaan visi bersama dan adanya kompetisi sempit antarinstansi menjadi hambatan laten.

"Ketidaaan visi bersama dapat diatasi oleh kepemimpinan yang kuat. Adapun kompetisi sempit yang membuat kementerian dan lembaga seolah-olah bersaing satu sama lain perlu diatasi dengan pendekatan Whole of Government (WoG),” jelasnya.

Ia menegaskan bahwa perubahan tak bisa instan. Namun jika langkah-langkah strategis itu dijalankan, hasilnya bisa sangat besar, baik bagi dunia pendidikan maupun perekonomian nasional.

"Agar pertukaran manfaat antara keduanya berjalan optimal, kita perlu siapkan jembatan tol yang membuat aliran pengetahuan bisa berjalan terus-menerus tanpa mengenal waktu,” pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved