Kamis, 2 Oktober 2025

Penulisan Ulang Sejarah RI

Bambang Pacul Respons Pernyataan Fadli Zon: PDIP Akan Menulis Sejarah Versi Kita

Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP), Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul mengatakan, partainya akan menulis sejarah versi mereka sendiri.

Penulis: Fersianus Waku
Editor: Adi Suhendi
Tribunnews.com/ Fersianus Waku
PENULISAN SEJARAH PDIP - Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP), Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul, saat ditemui di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (16/6/2025). PDIP akan menulis sejarah versi pihaknya. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP), Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul mengatakan, partainya akan menulis sejarah versi mereka sendiri.

Hal ini disampaikan Pacul merespons pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon, yang mengklaim tidak ada pemerkosaan massal pada Mei 1998.

Menurut Pacul, siapapun yang melakukan penulisan sejarah pasti memiliki unsur subjektivitas.

"Ini soal penulisan sejarah, soal penulisan sejarah, ini kan subjektivitas pasti ikut campur, 100 persen ikut campur subjektivitas, kan begitu. Jadi siapapun yang akan menulis pasti akan ada kontranya," kata Pacul di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (16/6/2025).

Terhadap penulisan sejarah yang dilakukan oleh pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan, Pacul menyebut bahwa PDIP juga akan menulis sejarah.

Baca juga: Usman Hamid Sebut Fadli Zon Bersikap Paradoks soal Pemerkosaan Massal Mei 1998

"Terhadap penulisan sejarah ini gimana Pak Pacul? yang diinisiasi oleh Pak Menteri Kebudayaan, Fadli Zon ini gimana sikap PDI Perjuangan? PDI perjuangan juga akan menulis sejarah versi kita," ujarnya.

Wakil Ketua MPR RI ini meminta Fadli Zon membaca tulisan Presiden ke-3, Bacharuddin Jusuf Habibie, terkait pemerkosaan massal pada Mei 1998.

Dalam pidato 14 Agustus 1998 di hadapan DPR, Habibie mengakui adanya peristiwa kekerasan seksual pada Mei 1998.

Baca juga: Fadli Zon Klarifikasi soal Pemerkosaan Mei 1998: Temuan TGPF Tak Sebut Nama

"Bahwa subjektivitas Pak Pak Fadli Zon mau mengambil cara yang berbeda, ya dipersilakan, nanti kan ditabrakkan dengan ayat fakta, kita kan susah hari ini kalau kita hanya ngotot-ngototan tok, kan gitu loh," tegas Pacul.

Pacul menambahkan, jika tidak ada titik temu dalam penafsiran sejarah, maka jalan yang paling wajar adalah menuliskan narasi masing-masing berdasarkan bukti dan perspektif yang diyakini.

"Jadi kalau hanya ngotot-ngotot, ya kita bikin sejarah kita sendiri dengan fakta yang kita punya sendiri, kan begitu saja, just a simple as that. Wohhh iya tohhh, simple-simple saja, clear ya adinda," ucapnya.

 Sebelumnya, Fadli Zon memberikan klarifikasi terkait pernyataannya soal kekerasan seksual dalam kerusuhan Mei 1998. 

Fadli menilai bahwa istilah “perkosaan massal” membutuhkan verifikasi fakta yang lebih kuat.

"Saya tentu mengutuk dan mengecam keras berbagai bentuk perundungan dan kekerasan seksual pada perempuan yang terjadi pada masa lalu dan bahkan masih terjadi hingga kini," kata Fadli Zon melalui keterangan tertulis, Senin (16/6/2025).

"Apa yang saya sampaikan tidak menegasikan berbagai kerugian atau pun menihilkan penderitaan korban yang terjadi dalam konteks huru hara 13-14 Mei 1998," ujarnya menambahkan.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved