Senin, 6 Oktober 2025

Wamensos Agus Jabo: 64 Persen Anak dari Keluarga Miskin Terancam Terus Hidup Miskin

Merujuk data tunggal sosial ekonomi nasional, sekitar 64 persen anak dari keluarga miskin mengalami kondisi serupa ketika dewasa.

Penulis: Igman Ibrahim
Istimewa
WAMENSOS AGUS JABO - Wakil Menteri Sosial (Wamensos) Agus Jabo Priyono mengungkapkan bahwa risiko anak-anak dari keluarga miskin untuk terus hidup dalam kemiskinan sangat tinggi.  

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Menteri Sosial (Wamensos) Agus Jabo Priyono mengungkapkan bahwa risiko anak-anak dari keluarga miskin untuk terus hidup dalam kemiskinan sangat tinggi. 

Merujuk data tunggal sosial ekonomi nasional, sekitar 64 persen anak dari keluarga miskin mengalami kondisi serupa ketika dewasa.

Baca juga: Wamensos Beberkan Profil Orang Miskin di Indonesia: 24 Juta Jiwa, Pengeluaran Rp600 Ribu per Bulan

“Hampir 64 persen ya, anak yang berasal dari keluarga miskin itu hidupnya miskin,” kata Agus dalam diskusi PCO di kawasan Menteng, Jakarta, Sabtu (24/5/2025).

Ia menambahkan bahwa situasi ini menunjukkan pentingnya intervensi negara sejak dini. Pemerintah, menurutnya, perlu mengambil peran aktif untuk memutus transmisi kemiskinan antar generasi.

“Presiden tidak mau. Makanya kemudian Presiden dalam pidatonya sudah mengatakan sekolah rakyat tujuannya adalah untuk memutus transmisi kemiskinan,” ujarnya.

Agus menjelaskan, data sosial ekonomi nasional yang kini digunakan Kemensos mencatat sekitar 24 juta jiwa masuk kategori miskin, dengan pengeluaran di bawah Rp600 ribu per bulan. 

Sementara kategori miskin ekstrem berjumlah 3,17 juta jiwa, dengan pengeluaran di bawah Rp400 ribu per bulan.

Baca juga: Penerimaan Siswa Sekolah Rakyat untuk Keluarga Miskin Ekstrem, Ini Kata Kemensos

Dengan kondisi tersebut, Presiden Prabowo Subianto menargetkan agar kemiskinan ekstrem bisa diselesaikan pada 2026, dan tingkat kemiskinan nasional ditekan hingga di bawah lima persen pada 2029.

Untuk mendukung hal itu, Kemensos tengah menjalankan pembaruan data sosial ekonomi nasional, transformasi program perlindungan sosial ke arah pemberdayaan aktif, serta pembangunan Sekolah Rakyat untuk anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem.

“Kalau orang tuanya kangen segala macam, datang ke sekolah. Kenapa SD? Presiden tidak mau anaknya yang habitat keluarga yang orang miskin ikut menjadi miskin. Negara ambil. Kita kasih visi, kita kasih pendidikan,” pungkasnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved