Ibas Sowan ke Museum Rudana, Ketua AMI: Peduli Terhadap Nasib Warisan Budaya Kita
Museum diharapkan bukan sekadar menampilkan benda bersejarah, tetapi juga menjadi tempat memaknai kembali nilai-nilai dasar negara.
Ibas berdialog langsung dengan generasi muda dalam suasana kebudayaan yang hangat dan terbuka. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Museum Internasional yang diperingati setiap bulan Mei di berbagai negara.
Melalui forum bertajuk “Meniti Warisan, Merajut Masa Depan: Museum sebagai Penjaga Peradaban”, pertemuan ini menjadi ruang temu lintas generasi untuk membahas peran museum dalam kehidupan berbangsa, dunia pendidikan, dan kebudayaan.
Serangkaian Audiensi Budaya tersebut, Ibas juga menyempatkan diri mengunjungi Prasasti “Memuliakan Ketulusan Ibu” yang terletak di halaman Museum Rudana.
Prasasti ini ditandatangani oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono bersama para pendamping kepala negara lainnya dalam kunjungan resmi Spouse Program KTT ASEAN 2011, yang kala itu dipimpin langsung oleh Ibu Ani sebagai pendamping Presiden ke-6 RI.
“Saya mengatakan, tolong Bali sama-sama kita berjuang Undang-undang Kebudayaan, apakah itu Omnibus Law, apakah itu UU Seni Budaya dan Galeri, benar-benar memberikan pemanfaatan dan keuntungan kepada semua stakeholder yang ada di Indonesia,” kata Ibas.
Karena, kata Ibas, untuk membentuk suatu aturan perundang-undangan itu harus melibatkan semua unsur baik pemerintah hingga partisipasi publik. Tentunya, kata dia, Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI), Putu Supadma Rudana (PSR) memahami mekanisme pembentukan Undang-undang.
“Karena pembuatan Undang-Undang, Bli Putu tahu, dibutuhkan tangan pemerintah, tangan asosiasi, tangan publik dan lainnya. Jika kita berkomitmen untuk menciptakan undang-undang tersebut, mari kita bekerja sama untuk menuntaskan,” ujar Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR RI ini.
Di samping itu, Ibas mengingatkan generasi muda ikut menjaga dan melestarikan seni budaya sebagai warisan para leluhur, termasuk museum. Menurut dia, museum merupakan tempat merekam sejarah.
“Museum adalah tempat kita merekam jejak sejarah, merawat nilai, dan menciptakan ruang belajar lintas generasi. Ia bukan sekadar bangunan statis, tetapi denyut hidup peradaban yang menyatu dalam jati diri bangsa,” ungkapnya.
Kegiatan ini turut dihadiri oleh sejumlah tokoh budaya, antara lain maestro tari Bali Anak Agung Gde Oka Dalem dan empu keris Pande Nyoman Budiarta bersama para empu dari Pasikian Prapen Maha Semaya Warga Pande Provinsi Bali. Hadir pula para generasi muda dari kalangan siswa dan mahasiswa, termasuk Jegeg Bagus Kabupaten Gianyar serta Teruna Teruni Gianyar.
Diketahui, Asosiasi Museum Indonesia (AMI) ini sebagai organisasi yang menaungi lebih dari 500 museum di seluruh Indonesia, AMI membawa visi agar museum tidak tertinggal oleh perkembangan zaman. Di tengah tantangan era digital dan globalisasi, museum Indonesia perlu menjadi tempat belajar yang aktif, terbuka, dan berpandangan ke depan-bukan hanya ruang untuk mengenang masa lalu.
Dengan semangat kerja sama berbagai pihak, kegiatan ini menjadi penanda penting bagi arah baru permuseuman Indonesia. Museum tidak boleh hanya menjadi bagian dari masa lalu, melainkan harus menjadi penunjuk arah masa depan-dengan berakar kuat pada budaya sendiri dan terbuka menghadapi dunia.
Dalam dunia yang terus berubah, museum bisa menjadi tempat menyimpan ketulusan untuk menjaga, berbagi, dan merancang nilai kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat.
Rangkaian kegiatan ini juga menunjukkan peran Museum Rudana yang terus aktif menggelar program budaya yang menjangkau berbagai lapisan masyarakat, baik di tingkat lokal maupun internasional.
Sejak didirikan pada 1995 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto, Museum Rudana memiliki komitmen kuat dalam merawat seni dan budaya Indonesia. Museum ini telah menjadi tempat berlangsungnya berbagai kegiatan penting, seperti APEC 2013, World Cultural Forum, dan Pertemuan Pimpinan Parlemen Asia Tenggara dan Pasifik (2023 & 2024).
Kunjungan dari tokoh-tokoh dunia seperti Jiang Zemin, Jimmy Carter, dan Ellen Johnson Sirleaf juga menjadi bukti bahwa museum ini memiliki peran dalam hubungan budaya antarbangsa.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
Rumah Aspirasi Gelar Maulid Nabi: Teguhkan Cinta Rasulullah dalam Kehidupan Berbangsa |
![]() |
---|
Eddy Soeparno: Indonesia Layak Menjadi Global Climate Change Leader |
![]() |
---|
HNW Apresiasi Upaya Menteri Agama Tingkatkan Kesejahteraan Guru |
![]() |
---|
Lestari Moerdijat: Perlu Langkah Nyata untuk Selamatkan Seni Kentrung Jepara dari Kepunahan |
![]() |
---|
Firman Subagyo Minta Pemerintah Pusat Serius Dukung Daerah dalam Desentralisasi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.