Kamis, 2 Oktober 2025

Hari Raya Waisak

Makna dari Perayaan Hari Raya Waisak dalam Tradisi Budha, Lengkap dengan Sejarahnya

Perayaan Waisak adalah untuk memperingati lahirnya Buddha dan pencahayaannya, simak penjelasan mengenai makna dan sejarahnya berikut ini.

Surya/Purwanto
WAISAK - Sejumlah umat melakukan Puja Bakti menjelang perayaan detik-detik perayaan Tri Suci Waisak 2568 Buddhis Era (BE)/2024 di Vihara Dhammadipa Arama Kota Batu Malang, Jawa Timur, Kamis (23/5/2024). Berikut penjelasan mengenai makna dari perayaan Waisak. 

TRIBUNNEWS.COM - Hari Raya Waisak adalah perayaan suci yang diadakan oleh umat Buddha di seluruh dunia.

Tahun ini, Hari Raya Waisak 2569 BE jatuh pada Senin, 12 Mei 2025.

Perayaan ini tidak hanya menjadi momen penting bagi para pengikut ajaran Buddha, tetapi juga menyimpan makna mendalam bagi mereka yang menjalani ajarannya.

Apa Saja Makna Perayaan Waisak?

Kata "Waisak" berasal dari bahasa Sansekerta dan Pali, yaitu "Vaisakha" dan "Vesakha", yang merujuk pada nama bulan dalam kalender Buddhis.

Dalam kalender Masehi, Hari Raya Waisak biasanya jatuh pada akhir April, Mei, atau awal Juni.

Baca juga: Sejarah dan Makna Perayaan Hari Raya Waisak, Memperingati 3 Peristiwa Penting

Merujuk pada Kementerian Agama, Hari Raya Waisak diperingati untuk mengenang tiga peristiwa penting dalam hidup Siddhartha Gautama, yaitu:

1. Lahirnya Pangeran Siddhartha: Pangeran Siddhartha dilahirkan di Taman Lumbini pada tahun 623 SM.

2. Penerangan Agung: Pada usia 35 tahun, Siddhartha mencapai pencerahan dan menjadi Buddha di Bodh Gaya pada tahun 588 SM.

3. Parinibbana: Buddha Gautama wafat di Kusinara pada usia 80 tahun pada tahun 543 SM.

Karena peringatan akan tiga peristiwa ini, Hari Raya Waisak juga sering disebut sebagai Trisuci Waisak.

Bagaimana Sejarah Hari Raya Waisak Berkembang?

Pada awalnya, umat Buddha tidak mempercayai adanya Tuhan yang menciptakan dunia, melainkan mengikuti ajaran Siddhartha Gautama.

Siddhartha, yang lahir dari keluarga kaya di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Nepal pada abad ke-5 SM, menyadari bahwa kekayaan tidak menjamin kebahagiaan.

Melalui perjalanan spiritualnya sebagai seorang pencari, Siddhartha menghabiskan enam tahun belajar dan bermeditasi.

Dia akhirnya mencapai pencerahan, yang dikenal sebagai "Buddha", yang berarti "yang tercerahkan".

Setelah mencapai pencerahan, ia menghabiskan sisa hidupnya untuk mengajarkan pengalamannya kepada pengikutnya.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved