Hari Raya Waisak
Makna dari Perayaan Hari Raya Waisak dalam Tradisi Budha, Lengkap dengan Sejarahnya
Perayaan Waisak adalah untuk memperingati lahirnya Buddha dan pencahayaannya, simak penjelasan mengenai makna dan sejarahnya berikut ini.
Sejak saat itu, Waisak dirayakan setiap tahun, dengan tanggal yang berubah setiap tahun mengikuti bulan purnama pertama pada bulan lunar kuno.
Umumnya, perayaan ini jatuh pada bulan Mei atau awal Juni.
Baca juga: Daftar Libur Nasional dan Cuti Bersama Mei 2025: Ada May Day hingga Hari Raya Waisak
Di Indonesia, perayaan Hari Raya Waisak berpusat di Candi Borobudur, yang merupakan candi Buddha terbesar di dunia.
Perayaan di Candi Borobudur biasanya dibagi menjadi tiga tahapan utama:
1. Prosesi Pengambilan Air Berkat: Dimulai dengan pengambilan air dari mata air Jumprit di Kabupaten Temanggung dan penyalaan obor dari api abadi di Mrapen, Kabupaten Grobogan.
2. Ritual Pindapatta: Ritual ini adalah cara untuk memberikan kebajikan kepada umat dengan tujuan untuk mengumpulkan pahala.
3. Samadhi: Dilaksanakan menjelang puncak bulan purnama, di mana umat Buddha berkumpul untuk menyalakan lilin dan memasukkannya ke dalam lampion.
Pada saat puncak perayaan, lentera-lentera yang menyala dilepaskan ke angkasa.
Kegiatan ini dilakukan untuk memohon agar doa-doa umat Buddha segera terkabul.
Dengan pelaksanaan yang penuh makna ini, Hari Raya Waisak tidak hanya menjadi momen perayaan, tetapi juga kesempatan bagi umat Buddha untuk merefleksikan ajaran-ajaran mereka dan merenungkan makna kehidupan.
(Tribunnews.com/Oktavia WW)
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.