Senin, 6 Oktober 2025

Ketua Komisi I DPR Respons Soal Lokasi Pembahasan RUU TNI: Rapat RUU Kejaksaan Juga di Hotel Mewah

Ketua Komisi I DPR RI, Utut Adianto, merespons soal kritik unsur sipil yang menyebutkan rapat soal RUU TNI sebuah paradoks efisiensi.

Penulis: Reza Deni
Editor: Adi Suhendi
Tribunnews/Fersianus waku
KOMISI I DPR - Foto Ketua Komisi I DPR RI Utut Adianto di Kompleks Senayan Jakarta belum lama ini. Ia merespons soal kritik unsur sipil yang menyebutkan rapat soal RUU TNI sebuah paradoks efisiensi. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Komisi I DPR RI, Utut Adianto, merespons soal kritik unsur sipil yang menyebutkan rapat panja Komisi I dengan pemerintah membahas RUU TNI adalah sebuah paradoks efisiensi.

Terlebih, rapat tersebut digelar di hotel mewah pada hari libur.

Hotel yang digunakan untuk rapat Komisi I DPR tersebut adalah Hotel Fairmont, hotel bintang lima yang berada tak jauh dari Kompleks DPR RI, Senayan, Jakarta. 

Utut menilai penilaian tersebut sebatas pendapat.

Dia pun membandingkan rapat lainnya yang dilakukan legislator Senayan dilaksanakan di hotel mewah.

Baca juga: Sekjen DPR Klarifikasi Soal Polemik Rapat Revisi UU TNI di Hotel Mewah, Sudah Direstui Pimpinan DPR

"Kalau dari dulu coba cek UU Kejaksaan di Hotel Sheraton, Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi di Intercon (Hotel Intercontinental), kok nggak kamu kritik?" kata Utut saat ditemui di Hotel Fairmont, Jakarta Pusat, Sabtu (15/3/2025).

Saat ditanya soal efisiensi, Utut tak menjawab secara tegas.

Dia hanya mengatakan bahwa rapat Panja ini juga sebagai rapat konsinyering.

"Kamu tahu arti konsinyering? Konsinyering itu dikelompokan gitu ya," ucapnya.

Baca juga: Ketua Bidang Hukum dan Politik GM FKPPI: Revisi UU TNI Penting untuk Perkuat Pertahanan Negara

Masyarakat sipil mengkritik proses Revisi Undang-Undang TNI (RUU TNI) yang digelar diam-diam.

Terbaru, rapat panja RUU TNI digelar di sebuah hotel mewah tak jauh dari Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat.

Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menilai ada semacam paradoks dalam proses RUU tersebut

"Di tengah situasi negara, situasi ekonomi negara yang sulit, ada banyak kemudian gelombang PHK, ada banyak kemudian kemunduran, kemarin Bu Sri Mulyani baru menyampaikan bahwa ada defisit hampir kurang lebih Rp3 triliun ya, di APBN, yang menunjukkan sebenarnya ada situasi krisis yang terjadi, tetapi paradoksnya, anggota DPR kita malah kemudian menggunakan fasilitas mewah dalam tanda kutip, untuk melakukan pembahasan undang-undang gitu ya," kata Koordinator Kontras Dimas Bagus Arya Saputra dalam pesan yang diterima, Sabtu (15/3/2025).

Dia curiga pemilihan lokasi ini agar pembahasan RUU TNI sulit dijangkau oleh masyarakat.

"Akhirnya masyarakat pada akhirnya tidak bisa mengakses apa saja pertemuan, apa saja yang dilakukan begitu ya, karena sifatnya tertutup kan. Padahal masyarakat juga berhak tahu apa yang dibahas," kata dia.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved