Sabtu, 4 Oktober 2025

Cerita WNI Jadi Online Scam di Kamboja & Myanmar: Tak Digaji, Disiksa, Ditarget 4.000 Dolar Perbulan

Sebanyak 84 Warga Negara Indonesia (WNI) bermasalah online scam di tiba di Terminal 2F, Bandara Soekarno Hatta, Tangerang.

Tribunnews/Fransiskus Adhiyuda
KORBAN ONLINE SCAM - Salman, pria asal Selat Panjang, Riau saat tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, pada Jumat (28/2/2025) malam. Salman bersama puluhan WNI lainnya merupakan orang yang terlibat dalam online scam atau penipuan online yang bekerja di Kamboja dan Myanmar. 

Bahkan, dia ditarget harus menyasar para korban di dua negara, yakni Indonesia dan Malaysia.

“Di sana itu kita bekerja sebagai wanita untuk merayu laki-laki yang ada di Facebook dan Instagram. Kalau di Kemboja itu kemarin saya disuruh untuk dua negara, Indonesia dan Malaysia,” ungkapnya.

“Target yang disuruh untuk mencari member Indonesia sama Malaysia,” jelasnya.

Meski tak menerima kekerasan fisik, Salman mengatakan selama bekerja di Kamboja selama 2 bulan dirinya tidak pernah mendapatkan gaji.

“Kalau di Kemboja saya tidak pernah dapat gaji,” ujarnya. 

Baca juga: Dalam 3 Tahun Ada Lonjakan WNI Datang ke Kamboja, Negeri Markas Judi Online dan Industri Online Scam

Karena perusahaan di Kamboja tutup, Salman kembali dipekerjakan ke Myawaddy, Myanmar untuk pekerjaan yang sama sebagai online scam di Juli 2024 lalu.

Jika di Kamboja dia tak pernah menerima kekerasan fisik, maka di Myanmar ia merasakan hal sebaliknya.

“Saya ditarik sama perusahaan untuk kerja lagi di Myanmar. Sesudah sampai di Myanmar itu saya banyak kena perlakuan fisik,” ujarnya.

Berbeda di Myanmar, Salman bercerita kalau pekerjaannya kali ini bisa mendapatkan gaji.

Namun harus memenuhi target perusahaan yang diinginkan, yakni dengan cara menipu melalui platform dengan nominal uang 4.000 dolar AS atau setara kurang lebih Rp66 juta dalam setiap bulan.

“Gaji itu ada, tetapi hanya untuk yang mencapai target. Kalau di sana sistem targetnya itu kan pakai dolar Amerika, jadi itu harus satu bulan harus mencapai 4 ribu dolar,” jelasnya.

Selama bekerja di Myanmar, Salman pernah mendapat uang fee bukan gaji sebesar 25 ribu batt atau setara Rp 12 juta.

Namun, uang itu harus habis di Myanmar dan tidak boleh dikirim ke kampung halaman.

“Harus dihabiskan untuk di situ saja,” kata Salman.

Dia pun mengaku tidak bisa berbuat banyak dan harus menjalani pekerjaan itu di Kamboja dan Myanmar.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved