Peran Perempuan Dinilai Penting dalam Potensi Maritim dan Keberlanjutan Ekosistem Laut
Industri perikanan-kelautan dan kaitannya dengan pemberdayaan perempuan dinilai sebagai sesuatu yang kompleks.
Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Industri perikanan-kelautan dan kaitannya dengan pemberdayaan perempuan dinilai sebagai sesuatu yang kompleks.
Kompleksitas itu tak hanya mengenai ekonomi biru, tetapi juga banyak berkaitan dengan eksplorasi kesempatan baru, seperti yang saat ini tengah populer dengan sebutan “emas hijau”.
Baca juga: Indonesia Libatkan Norwegia Tingkatkan Uji Mutu Produk Kelautan dan Perikanan
Sebagai pelaku aktif dalam industri tersebut, Aruna menghadiri dan berbicara mengenai ekonomi biru, budidaya rumput laut, juga pemberdayaan perempuan di berbagai agenda internasional.
Diwakili oleh Utari Octavianty selaku Co-Founder dan Chief Sustainability Officer Aruna, pembahasan diawali lewat penjelasan tentang keberlanjutan dalam industri agrikultur dan tantangan yang ada di dalamnya, yakni biaya logistik yang tinggi dan infrastruktur yang terbatas.
Baca juga: Ipda Rudy Soik Akan Laporkan Dinas Kelautan dan Perikanan NTT ke KPK Soal Barcode Nelayan Palsu
"Sebelum berfokus pada pengimplementasian ekonomi biru, hal pertama yang kami temukan adalah tantangan terkait biaya logistik yang relatif tinggi," kata Utari dalam keterangannya, Jumat (13/12/2024).
Hal tersebut dikatakan Utari saat mengisi beberapa agenda internasional, di antaranya “Connecting Land Agriculture with Blue Economy and Role of Digitalisation” oleh Agri-Food Tech Expo Asia 2024, “Who Holds the Key to Growth in the Emerging Seaweed Markets” oleh Asia-Pacific Agri-Food Innovation Summit 2024 di Singapura, dan juga “The Role of Women in Fishing Communities and New Challenges” oleh International Conference of Fishing Communities di Jeju, Korea Selatan.
Untuk menyiasati hal tersebut, Utari mengatakan pihaknya berfokus pada pemeliharaan rantai dingin selama proses distribusi dengan memproduksi es gel secara mandiri guna mempertahankan kualitas.
"Selain itu, kami memanfaatkan koneksinya untuk mendapatkan solusi cold storage, baik melalui entitas pemerintah maupun swasta," kata dia
Dalam penerapan ekonomi biru, Aruna menyatakan bahwa industri perikanan dan kelautan memang harus memulai langkahnya dari hal yang mendasar, seperti pemberian pelatihan yang konsisten bagi para nelayan dan masyarakat pesisir.
Utari berkata bahwa hal ini memang menantang dan membutuhkan pendampingan dalam jangka waktu yang amat panjang.
"Harus konsisten dan dimulai dari skala kecil atau skala rumahan terlebih dahulu, sebelum pindah ke skala yang lebih besar, yang mungkin memerlukan peralatan tambahan atau dukungan teknologi yang lebih masif," kata dia.
Dia memberi contoh soal kasus petani rumput laut. Setelah para petani rumput laut itu siap untuk memperluas produksinya, Utari menyebut bahwa pihaknya dapat menghubungkan petani dengan perusahaan atau program pemerintah yang menawarkan dukungan untuk pertumbuhan dan penskalaan.
Harapannya, upaya tersebut dapat membantu mengoptimalkan hasil produksi rumput laut dalam negeri, yang sudah hampir mencapai 10 juta ton pada tahun 2022 lalu.
"Indonesia adalah produsen rumput laut terbesar nomor dua di dunia. Banyak sekali hal yang bisa dieksplor, mengingat rumput laut berkontribusi banyak pada produksi plastik yang dapat terurai secara alami dan berkelanjutan, misalnya, selaras dengan wacana tentang bahan ramah lingkungan," katanya.
Baca juga: Perlawanan Ipda Rudy Soik Usai Dipecat, Bakal Laporkan Pejabat Polda Hingga Dinas Kelautan NTT
Sebagai perempuan yang telah berkecimpung di industri perikanan dan kelautan sejak 2016 lalu, Utari menyadari peran perempuan dalam merealisasikan keberlanjutan ekosistem untuk realisasi ekonomi biru.
Tercatat di Indonesia, ada sekitar 42 persen atau lebih perempuan yang terlibat dalam industri perikanan.
"Tak melulu tentang membantu mempersiapkan alat tangkap, atau mengelola keuangan dalam rumah tangga. Perempuan yang terlibat dalam industri perikanan itu tak terbatas pada mereka yang tinggal di wilayah pesisir saja," kata dia.
"Ada yang mengambil peran operasional di kota, bekerja di bidang manufaktur, atau bahkan memegang posisi tingkat tinggi di pemerintahan, di mana mereka dapat berkontribusi pada perumusan kebijakan yang terkait dengan sektor perikanan,” ujar Utari.
Utari menyebut bahwa pihaknya berkomitmen untuk menjadikan advokasi dalam segala kegiatan keberlanjutan sebagai salah satu fokusnya.
Hal tersebut direalisasikan melalui kehadirannya di berbagai agenda yang dapat mendorong perubahan di sektor perikanan dan kelautan.
"Secara spesifik, kami juga mengemukakan berbagai hal yang bisa mendukung implementasi ekonomi biru, eksplorasi potensi baru di bidang kelautan, juga pemberdayaan perempuan yang menyokong berjalannya industri perikanan,” tutup Utari.
Pertamina Trans Kontinental Perkuat Transformasi Bisnis dan Keberlanjutan |
![]() |
---|
Sushila Karki Pecahkan Rekor: PM Perempuan Pertama Nepal, Usia 73 Tahun, Dipilih Lewat Discord |
![]() |
---|
Tim Independen LNHAM Pencari Fakta Rusuh Agustus 2025 Dibentuk Atas Inisiasi 6 Lembaga Nasional |
![]() |
---|
Represi Aparat di Aksi Protes Perpanjang Sejarah ‘September Hitam’, Pemerintah Diminta Bertindak |
![]() |
---|
Menteri PPPA Ajak Kaum Ibu Meneladani Rasulullah SAW dalam Memuliakan Perempuan dan Anak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.