Sabtu, 4 Oktober 2025

Sejarah Hari Kebaya Nasional pada Tanggal 24 Juli, Bentuk Pelestarian Budaya

Sejarah penetapan Hari Kebaya Nasional yang jatuh pada tanggal 24 Juli sebagai bentuk melestarikan budaya Indonesia.

Penulis: tribunsolo
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Peserta berjalan diatas catwalk saat acara Istana Berkebaya di depan Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (6/8/2023). - Kebaya tetap eksis hingga kini dan pada tanggal 24 Juli ditetapkan sebagai Hari Kebaya Nasional. 

Sita menjelaskan bahwa kebaya terus digunakan oleh para perempuan dari abad ke abad.

Bentuknya pun turut mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman.

Menurutnya, perkembangan kebaya juga tidak lepas kaitannya dengan budaya peranakan yang berkembang di Indonesia.

Mereka melihat para perempuan asli Indonesia, dulu disebutnya pribumi, menggunakan kebaya setiap harinya.

Hal ini membuat kebaya menjadi tren dan ingin juga diikuti oleh para perempuan keturunan Tionghoa.

Inilah yang melatarbelakangi munculnya Kebaya Encim yang populer hingga saat ini.

Baca juga: Koleksi Kebaya Legendaris Tien Soeharto Akan Ditampilkan pada Hari Kebaya Nasional 

Sita menyebutkan bahwa kata ‘Encim’ sendiri berasal dari bahasa orang peranakan yang artinya Tante.

Dulunya para tante atau orang dewasalah yang mulai terpikat menggunakan kebaya dengan ciri khasnya sendiri.

Sita menyatakan bahwa perempuan Tionghoa menyukai warna-warna kain yang cerah dengan hiasan bordir yang ramai.

Oleh karenanya dua hal tersebut menjadi begitu identik dengan Kebaya Encim.

“Mereka sukanya warna-warna yang cerah dengan bordir. Jadi, pengaruh Tionghoa, dan dulu disebutnya pribumi ya. Nah, kekhasannya adalah ramai bordir-bordir warna-warni seperti ini,” jelas Sita.

Bukan hanya perempuan Tionghoa, ternyata para noni keturunan Belanda juga tergugah untuk menggunakan kebaya.

Meski begitu, mereka tidak ingin menggunakan kain dan hiasan kebaya yang sama dengan orang pribumi, sebab kala itu, penerapan kasta antara para pribumi dan orang-orang keturunan Belanda masih sangat kuat.

Alhasil mereka memilih menggunakan kebaya berwarna putih dengan hiasan renda yang menempel di sekeliling kebaya dan dikenal dengan istilah Kebaya Noni.

Sita mengungkap busana para noni Belanda memang identik dengan renda-renda yang cantik nan mewah.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved