Jamaah Islamiyah Bubar
Peneliti dan Pemerhati Terorisme Bicara soal Bubarnya Jamaah Islamiyah: Tidak Ada Pihak yang Menekan
Choirul yakin dan percaya bahwa Jamaah Islamiyah bubar beneran karena keputusan ini berasal murni dari mereka.
Tapi nyatanya, yang jadi korban bukan orang Amerika, bukan tentara Amerika, tapi paling banyak orang Australia, dan bahkan merenggut nyawa orang Indonesia.
Ini hal-hal yang disesalkan. Bagi orang JI, bom Bali (2002) itu bukan aksi JI, karena JI sebagai organisasi tidak pernah memberi izin atau memerintahkan.
Kajian-kajian itu terus berlangsung sejak itu, hingga mencapai titik akhir pada 30 Juni 2024 saat pembacaan Deklarasi Sentul.
Tentu deklarasi itu didahului pertemuan-pertemuan kajian para tokoh JI, dan terakhir digelar di sebuah lokasi di Solo pada 29 Juni 2024.
Bagi saya yang juga cukup mengejutkan adalah, apa yang terjadi ini tidak diduga oleh pihak keamanan, dalam hal ini Densus 88 Antiteror.
Maksudnya koq bisa secepat ini. Tapi bagaimanapun ini tentu menggembirakan karena JI adalah organisasi besar di Indonesia, bahkan mungkin di terbesar Asia Tenggara.
Saya juga bertemu dengan orang-orang dari Kemenag, dan mereka terkejut tapi juga senang. Tapi tak bisa dipungkiri ada pihak yang terkejut lalu curiga.
Curiga jangan-jangan ini gimmick, curiga jangan-jangan ini kamuflase, ini upaya mereka saja supaya tidak terlalu diawasi lagi oleh aparat keamanan.
Tapi saya sangat yakin, ini bukan pura-pura. Mereka akan serius sekali. Buktinya selain pernyataan tegas, mereka juga menulis banyak komitmen.
Di antaranya setelah bubar, mereka akan menyerahkan albas atau alat, bahan (peledak), dan senjata yang selama pihak kepolisian tidak tahu di mana disimpan.
Saya mendengar belum lama ini, aparat Densus sampe menyelam ke Bengawan Solo, mencari senjata yang dibuang oleh anggota yang memberitahukan titik lokasinya.
Mereka juga menyatakan akan menyerahkan para DPO. Ada DPO yang sudah 7-12 tahun dikejar tidak ada, tiba-tiba setelah ada kabar bubar, orangnya muncul menyerahkan diri.
Tentu difasilitasi oleh senior-senior JI yang sudah terjalin dan menjalin komunikasi dengan aparat keamanan.
Kemudian hal terpenting berikutnya, karena JI ini dulu berafiliasi dengan banyak pesantren, julamhya lebih dari 40 dan santrinya bisa sampai 16 ribu, mereka bersedia kurikulumnya dievaluasi.
Ini serius dan sekali lagi meyakinkan keputusan itu bukan gimmick.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.