Senin, 6 Oktober 2025

Cerita Jenderal Andika Perkasa Dimarahi Presiden Jokowi: Jika Saya Ditegur Berarti Sudah Kebangetan

Jenderal Andika melihat Presiden Jokowi menampilkan dirinya bukanlah seorang Presiden dengan segala fasilitasnya.

Tribunnews/JEPRIMA
Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Andika Perkasa saat diwawancarai Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra di Studio Tribun, Jakarta Pusat, Rabu (23/8/2023). Pada kesempatan tersebut Andika Perkasa terang-terangan menyatakan mendukung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden 2024. Dirinya mengungkapkan bahwa Ganjar adalah sosok yang sangat pantas memimpin Indonesia di 2024. Tribunnews/Jeprima 

Sebetulnya masing-masing jabatan itu berbeda fokusnya. Misalnya saya jadi Pangdam itu teritorial bintang 2, begitu jadi Komandan Kodiklat naik bintang 3, lalu Pangkostrad itu sifatnya konvensional.
Dulu saya sudah pernah di Kopassus sampai komandan batalyon, itu special operation.

Terus menjadi Kepala Staff AD itu membina. Memang beda-beda, tapi yang nggak bisa hilang sampai
sekarang adalah Danpaspampres.

Mengapa Danpaspampres yang paling terkesan?

Pertama saya pernah dikursuskan untuk VVIP protection, waktu itu saya masih ingat yang melatih itu US
special force tahun 1995 menjelang APEC pertama di Jakarta masih zaman Presiden Soeharto.

Tapi tetap saja itu kan teori sifatnya general, begitu menjabat Danpaspampres menghadapi personality
VVIP ternyata berbeda banget dari yang diajarkan US special force.

Kepribadian VVIP itu ternyata berpengaruh banget.

Apalagi saat Presiden (Jokowi) dilantik besoknya saya serah terima dengan Mas Doni Munardo (Danpaspampres Presiden SBY). Ketika serah terima Mas Doni bilang Dika nanti kalau Presiden Jokowi
jadwal di Istana kamu bisa di Tanah Abang saja supaya bisa ngawasin satuan.

Begitu saya lihat jadwalnya Pak Presiden betul di Istana. Besoknya saya langsung di Tanah Abang,
markas Paspampres. Lagi olahraga, tahu-tahu ditelfon sama Dan Group A, komandan Bapak Presiden 15
menit lagi mau berangkat.

Saya kaget karena tahunya jadwal Presiden hari itu hanya di Istana. Jadi pencak silat namanya nggak
pake mandi, langsung ganti baju, meluncur. Padahal SOP bukan hanya kita mendampingi dan mengawal
Presiden.

Tapi tujuan itu harus diamankan dulu, lokasi harus clear. Sekarang bagaimana 15 menit lagi akan
berangkat, tujuan baru dikasih tahu. Kapan memberangkat tim dan tidak gampang, mungkin cara kerja
waktu itu berbeda.

Jadi gelagapan, sampai Istana pas beliau mau berangkat. Itu saya lah yang di lokasi kan belum ada.
Pengalaman-pengalaman seperti ini belum lagi incognito (perjalanan diam-diam) yang tidak
direncanakan banyak sekali.

Sehingga akhirnya saya membangun culture baru, kita nggak bisa mengandalkan jadwal ternyata doesnt
work untuk kepribadian Pak Jokowi. Kita membangun tim advance di tengah kalau sewaktu-waktu
berangkat kita nggak keduluan.

Itu berapa kali terjadi. Misalnya Pak Jokowi mau makan keluar secara tiba-tiba. Belum lagi kebiasaan
lain.

Selama menjabat Danpaspampres, Presiden Jokowi kan dekat bersentuhan dengan masyarakat itu
bagian dari dinamika juga?

Ya sangat karena bagi kita itu keamanan. Kalau acaranya di JCC atau gedung Kementerian Keuangan kita
selalu bawa alat ada namanya security door, ada metal detector itu kita datangkan.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved