Berkolaborasi dengan Indopol, Centra Initiative Sampaikan Laporan Survei Keamanan Lingkungan
Survei ini dilakukan pada periode 5 sampai 11Juni 2023 terhadap 1280 Responden di 38 Provinsi.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Centra Initiative bekerja sama dengan Indopol Survei, melakukan Survei Nasional terkait dengan situasi keamanan lingkungan di Indonesia.
Survei ini dilakukan pada periode 5 sampai 11 Juni 2023 terhadap 1280 Responden di 38 Provinsi.
Direktur Eksekutif Centra Initiative Mohamad Hafids menjelaskan, survei ini dilakukan untuk memberikan perhatian kepada para elite politik, pemangku kepentingan, dan pemangku kewajiban terkait dengan upaya bersama menjaga lingkungan hidup Indonesia ke depannya.
Agenda penyelamatan lingkungan telah menjadi perhatian global, jangan sampai para politisi justru sibuk untuk meraup kekuasaan dan mencapai kemenangan pada 2024 saja, melupakan esensi dari perlindungan lingkungan yang merupakan bagian dari perlindungan keamaman manusia.
Berkenaan hal tersebut, peluncuran dan diskusi publik terkait dengan hasil Survei ini merupakan bagian tidak terpisahkan dari upaya untuk membangun kehidupan yang lebih baik, dengan temuan-temuan survei:
Polusi yang sering terjadi di wilayah tempat tinggal masyarakat yaitu polusi udara sebesar 65,32 persen, polusi air sebesar 11,45% dan polusi tanah sebesar 8,71% dan juga polusi lainnya sebesar 14,52%.
"Penyebab polusi terjadi karena kurangnya kesadaran dari masyarakat yang menyebabkan polusi tinggi (51,85%). Penyebab lainnya (15,40%). Tidak ada peraturan pemerintah tentang pengelolaan polusi (14,60%). Tidak ada penegakan aturan oleh pemerintah (13,15%). Dan terdapat kegiatan pabrik/tambang di daerah tersebut (5%)," kata Hafids di Cafe Sadjoe, Tebet, Jakarta, Minggu (23/7/2023).
Kemudian, sebagian besar masyarakat mengatakan (75,56%) bahwa di wilayah tempat tinggalnya mengalami perubahan iklim.
Sebagian masyarakat mengatakan tidak (24,44%) mengalami perubahan iklim dan yang paling dirasanakan adalah suhu sehari-hari semakin panas (45,14%), cuaca yang tidak menentu (38,63%), menyebabkan kekeringan (6,83%). Air semakin langka/berkurang dan semakin sering banjir (4,16%).
Baca juga: Pendiri BRD: Haidar Alwi Cocok Pimpin Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Terkait pengelolaan sampah, masyarakat menyatakan adanya pengelolaah sampah umum (57,26%). Dan ada juga wilayah tempat tinggal masyarakat yang tidak ada pengelolaah sampah umum (42,74%).
Penilaian masyarakat terhadap kondisi sungai dinilai biasa/cukup (54,19%).
Masyarakat juga menilai kondisi sungai bagus dan sangat bagus total sebesar 32,58%.
Adapun masyarakat yang menilai bahwa kondisi sungai buruk dan sangat buruk total sebesar 13,22%.
Penyebab kondisi sungai buruk karena banyak sampah (kantong plastik, botol, dll) (64,63%). Tercemar limbah kimia dari pabrik (14,63%) yang menyebabkan kondisi sungai rusak. Semakin sempit akibat pemukiman dan rusak akibat adanya aktivitas pertambangan liar (7,93%). Dan penyebab lainnya (4,88%).
Kementerian Lingkungan Hidup Ungkap Temuan Dugaan Pencemaran di DAS Brantas |
![]() |
---|
Demo di Jakarta Hasilkan 120 Meter Kubik Sampah. dari Botol Plastik Sampai Batu dan Bambu |
![]() |
---|
Indonesia Tawarkan 533 Juta Ton Karbon Lama di COP30 Brasil, Norwegia dan Jepang Tertarik |
![]() |
---|
Target 100 Persen Sampah Terkendali Tahun 2029, Sistem Open Dumping di TPA Bakal Dilarang |
![]() |
---|
Briptu TG, Anggota Brimob Jadi Tersangka Kasus Penganiayaan Wartawan di Serang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.