Selasa, 30 September 2025

Momen Megawati Tunjuk Luhut dan Tito Karnavian di Depan Ribuan Kades: Ngapain Demo-demo Sih? Ini Ada

Megawati menghadiri peringatan HUT ke-9 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa di GBK, dalam

Penulis: Wahyu Aji
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Presiden Ke-5 RI yang juga Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Megawati Soekarnoputri (kedua kiri) bersama Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan (kiri), Mendagri, Tito Karnavian (kedua kanan), dan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa (kanan) menerima piagam penghargaan saat menghadiri peringatan sembilan tahun UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa di kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Minggu (19/3/2023). Pada peringatan tersebut, tiga organisasi desa yakni Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Apdesi), Persatuan Perangkat Desa Indonesia (PPDI), dan Asosiasi Badan Permusyawaratan Desa Nasional (Abpednas) meminta agar 10 persen dari APBN disalurkan ke desa-desa. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Hanya saja, dia menyayangkan aksi unjuk rasa lantaran dapat menghamburkan uang.

"Katanya 'ibu namanya demokrasi orang boleh dong demo,' yes, tetapi enggak begini caranya. Karena sudah buang duit," ucapnya.

Megawati pun memberi contoh, salah satu perwakilan kepala desa yang datang jauh ke Jakarta.

Megawati berkata, akomodasi ke Jakarta membutuhkan ongkos yang tak sedikit.

"Ngapain? Udah kerja baik-baik," terang Megawati.

Dalam kesempatan itu Megawati juga sempat menyinggung kebiasaan para calon kepala desa (kades) pada masa pemilihan.

Menurut Megawati, para calon kepala desa kerap bersekutu dengan bandar-bandar untuk menyokongnya.

Baca juga: Megawati: Ngapain Hari Gini Masih Demo? Suruh Aja Pejabat Datang Menghadap

Hal itu kata Megawati merupakan hasil temuan dirinya yang sering blusukan ke desa-desa.

"Kalau lagi mau ada pemilihan ibu suka nongkrong, pengin tahu," ujar Megawati.

Dia kemudian memberikan contoh temuan blusukannya ke desa-desa.

Kala itu kata Megawati, terdapat tiga calon kepala desa.

Masyarakat di desa itu secara gamblang menyebutkan nama calon yang mereka senangi.

Namun, mereka tidak dapat memilih calon yang disenangi tersebut, lantaran ada calon lain yang dibekingi bandar yang bergelimang harta.

"Woh bu, ada tiga calon. Padahal kita senangnya Pak A, tapi yang Pak C itu wah bandarnya akeh bu," kata Megawati menceritakan ucapan warga desa yang pernah ditemuinya.

Kebiasaan itu diminta secara tegas oleh Megawati untuk tak dilanjutkan lagi.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved