Megawati: Ngapain Hari Gini Masih Demo? Suruh Aja Pejabat Datang Menghadap
Megawati Soekarnoputri mengaku prihatin terhadap kondisi demokrasi Indonesia kekinian, khususnya perihal aksi demonstrasi.
Laporan Reporter Tribunnews.com, Naufal Lanten
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati Soekarnoputri mengaku prihatin terhadap kondisi demokrasi Indonesia kekinian, khususnya perihal aksi demonstrasi.
Padahal, kata dia, pejabat publik ada di setiap daerah.
Hal ini disampaikan Megawati saat menghadiri peringatan HUT ke-9 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang diselenggarakan Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) yang digelar di Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (19/3/2023).
“Ibu suka mikir, prihatin loh, ngapain hari gini masih demo-demo? Ini ada, ini ada (pejabat publik),” ujar Megawati seraya menunjuk Menteri dan Gubernur yang hadir di acara tersebut.
Selain Megawati, dalam acara tersebut hadir pula jajaran menteri kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi), di antaranya Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Mendagri Tito Karnavian, Menpan RB Azwar Anas, hingga Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Baca juga: Megawati Bongkar Kebiasaan Kepala Desa Saat Pemilihan: Bandarnya Akeh
“Katanya pimpinan, suruh baik-baik (pejabat publik) datang menghadap. Nah ini juga dari DPR, datang baik-baik ngapain kalian," lanjut dia.
Meski begitu, Megawati tak mempermasalahkan pihak yang melakukan unjuk rasa.
Hanya saja, dia menyayangkan aksi unjuk rasa lantaran dapat menghamburkan uang.
"Katanya 'ibu namanya demokrasi orang boleh dong demo,' yes, tetapi enggak begini caranya. Karena sudah buang duit," ucapnya.
Megawati pun memberi contoh, salah satu perwakilan kepala desa yang datang jauh ke Jakarta.
Megawati berkata, akomodasi ke Jakarta membutuhkan ongkos yang tak sedikit.
"Ngapain? Udah kerja baik-baik," terang Megawati.
Baca juga: Amanat Megawati, PDIP Tegaskan Capres Berasal dari Internal Partai
Dalam kesempatan itu Megawati juga sempat menyinggung kebiasaan para calon kepala desa (kades) pada masa pemilihan.
Menurut Megawati, para calon kepala desa kerap bersekutu dengan bandar-bandar untuk menyokongnya.
Hal itu kata Megawati merupakan hasil temuan dirinya yang sering blusukan ke desa-desa.
"Kalau lagi mau ada pemilihan ibu suka nongkrong, pengin tahu," ujar Megawati.
Dia kemudian memberikan contoh temuan blusukannya ke desa-desa.
Kala itu kata Megawati, terdapat tiga calon kepala desa.
Masyarakat di desa itu secara gamblang menyebutkan nama calon yang mereka senangi.
Baca juga: Megawati Ingatkan Kepala Desa Agar Berhati-hati di Tahun Politik: Pilihlah Orang Baik
Namun, mereka tidak dapat memilih calon yang disenangi tersebut, lantaran ada calon lain yang dibekingi bandar yang bergelimang harta.
"Woh bu, ada tiga calon. Padahal kita senangnya Pak A, tapi yang Pak C itu wah bandarnya akeh bu," kata Megawati menceritakan ucapan warga desa yang pernah ditemuinya.
Kebiasaan itu diminta secara tegas oleh Megawati untuk tak dilanjutkan lagi.
Ia mengingatkan para kepala desa dan para calon kepala desa bahwa kebiasaan itu nantinya akan membawa petaka bagi kepala desa itu sendiri, yaitu terciduk KPK.
"Kenapa ibu diam? Saya kepengin lihat akhiran orang ini apa. Nanti paling tidak bisa kena tiga huruf. Tahu enggak apa itu? Lah iya KPK," ujarnya.
Selain meminta para kepada desa tidak bersekutu dengan bandar pada saat pemilihan, Megawati juga mengingatkan agar para kepala desa berhati-hati, karena tahun ini merupakan tahun politik.
Baca juga: Megawati Ingatkan Kepala Desa akan Pentingnya Menjalankan Musyawarah Mufakat
Megawati mengingatkan para kepala desa agar masing-masing orang mengikuti keteguhan hati dan pikiran.
“Gotong royong itu adalah keteguhan hati dan pikiran kalau A ya A. Kalau B ya B. Nggak ada, saya bilang politik sekarang itu seperti orang berdansa. tahun-tahun ini nih politik,” kata Megawati di hadapan kepala desa.
Ia menyebut bahwa orang yang ikut ke manapun arah perpolitikan akan lelah sendiri.
Untuk itu dia mengingatkan agar para kepala desa tidak terbawa arus serta memilih sosok pemimpin yang baik.
“Jadi jangan terbawa arus. Pilih orang yang baik. Seperti Pak Jokowi itu kan saya pilih, karena saya yakin beliau orang baik. Oke saya jadikan, bisa atur pemerintah,” ucap Presiden RI ke-5 itu.
Ia menyebut bahwa saat Presiden Joko Widodo menjabat, tak dipungkiri bahwa sebagai pemimpin belum tentu bisa menjamin kebijakannya dapat disenangi semua pihak.
Baca juga: Sekjen PDIP: Pertemuan Jokowi-Megawati Turut Bicara soal Pilpres 2024, Bahas Figur Capres?
Namun di tengah pro-kontra tersebut, lanjut dia, Warga Negara Indonesia yang baik harus taat terhadap ideologi Pancasila, sehingga tidak mudah terpecah belah.
“Bahwa kalau sebagai bangsa saya tidak mau dipecah-pecah, tadi sudah mengakui bahwa kami adalah pancasilais. Ikutin, kalau ga mau ikut gapapa, bilang tapi. Jangan sembunyi. Banyak orang sekarang yang menurut saya munafik, sembunyi dia. Kalau saya ini hadap-hadapan,” ucap Megawati.
Megawati Cerita Pernah Masak Nasi Goreng untuk Prabowo |
![]() |
---|
Hari Keselamatan Pasien Sedunia, PDIP Tegaskan Hak Rakyat Dapat Pelayanan Kesehatan Bermutu dan Adil |
![]() |
---|
Gugat Gibran Soal Ijazah, Subhan Palal Dipuji Pakar: Teliti, Tapi Harus Belajar dari Kasus Jokowi |
![]() |
---|
Profil Prof. Arif Satria, Rektor IPB Diprediksi Jadi Kepala BRIN Baru, Gantikan Laksana Tri Handoko? |
![]() |
---|
Andi Widjajanto: Kerusuhan Agustus dan Berebut Pengaruh Presiden |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.