Beda Mudik dan Pulang Kampung, Pakar: Bisa Jadi Argumen Pembelaan agar Jokowi Tak Disalahkan
Pakar sosial dan Politik dari UNS, Dr Drajat Tri Kartono turut menanggapi pernyataan Jokowi soal beda mudik dan pulang kampung.
"Karena mudik konteksnya digunakan oleh orang-orang perantau dari desa yang ingin menjalankan ritual Lebaran di kampung halamannya."
"Misalnya bertandang ke makam atau nyekar dan sungkem kepada orang tua, maka itu dipahami istilahnya memang mudik," ungkap Drajat.
Lebih lanjut, Drajat menerangkan, hal itu berbeda dengan istilah pulang kampung.
Pulang kampung, bisa dilakukan kapan saja dan tidak terikat dengan momen Lebaran.

Baca: Jokowi Sebut Mudik Berbeda dengan Pulang Kampung, Ini Kata Sosiolog
Sebelumnya, istilah mudik dan pulang kampung ramai diperbincangkan masyarakat.
Hal itu terkait dengan pernyataan Jokowi yang menyebut adanya perbedaan istilah mudik dan pulang kampung.
Pernyataan tersebut disampaikan Jokowi dalam sesi wawancara dengan presenter Najwa Shihab dalam tayangan Mata Najwa di Trans7, Rabu (22/4/2020) malam.
Setelah melakukan sesi wawancara tersebut, Jokowi mengadakan rapat terbatas dengan para jajarannya untuk membahas pelarangan mudik.
Menurut Jokowi, keputusan tersebut diambil sebagai upaya pencegahan penyebaran virus corona ke berbagai daerah di Indonesia.
Presiden juga meminta para jajarannya untuk menyiapkan kebijakan larangan mudik tersebut.

Hal itu disampaikan Jokowi dalam rapat terbatas yang disiarkan di Kompas TV, Selasa (21/4/2020).
"Mudik semuanya akan kita larang, oleh sebab itu persiapan-persiapan yang berkaitan dengan ini harus mulai disiapkan," ujar Jokowi.
Keputusan itu didasari oleh data lapangan dan survei yang dilakukan Kementerian Perhubungan.
"Hasil kajian di lapangan, dari survei yang dilakukan Kementerian Perhubungan, disampaikan, yang tidak mudik 68 persen, yang bersikeras mudik 24 persen, yang sudah mudik 7 persen."
"Artinya masih ada angka yang sangat besar yaitu 24 persen tadi," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Maliana)