Kamis, 2 Oktober 2025

Arief Budiman Berpulang, Selamat Jalan Pejuang Demokrasi

Dikenal aktif menulis, sebelum meninggal Arief Budiman menderita sakit stroke lama dan parkinson.

Editor: Choirul Arifin
Istimewa
Sosiolog dan aktivis Arief Budiman. 

Arief memang dikenal memiliki sikap yang teguh dan keras kepada penguasa, tetapi ia juga tak segan memuji tokoh-tokoh yang memiliki sikap dan pandangan yang ia anggap baik untuk Indonesia walaupun tokoh yang ia puji bertentangan pendapat dengannya.

Baca: ‎Kabareskrim: Napi Berulah Akan Dihukum Lebih Berat

Dari segi intelektual, Arief sering menggunakan pemikiran strukturalisme untuk menggugat kapitalisme Orde Baru.

Ia kritis mempertanyakan masalah kebijakan pembangunan, kemiskinan, ketidakadilan, dan terabaikannya hak asasi manusia. Kritiknya tetap berlanjut meskipun rezim Soeharto telah berakhir.

Baca: Ada Larangan Mudik, KAI Hentikan Perjalanan KA Jarak Jauh Mulai 24 April 2020

Sebagai tokoh gerakan demokrasi, Arief menjadi semacam simpul dari berbagai aktivis gerakan yang tersebar di beberapa kota di Indonesia, terutama pada awal 1980-an ketika gerakan mahasiswa bertransformasi menjadi berbagai kelompok diskusi dan kelompok studi.

Baca: Bela Pernyataan Jokowi, KIP: Mudik Berkaitan dengan Lebaran, Pulang Kampung ya Selamanya

Ketika ia masuk Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga pada 1981, semua gerakan di kampus itu sering dihubung- hubungkan punya afiliasi dengan dirinya.

Arief Budiman juga disebut manusia di tengah demonstrasi, termasuk pernah juga didemonstrasi beberapa mahasiswa UKSW.

Dipecat dari UKSW

Sejak 31 Oktober 1994, melalui surat keputusan yang ditandatangani ketua umum dan sekretaris Yayasan UKSW, Arief dipecat dengan tidak hormat dari posisinya sebagai tenaga akademik dan segala jabatan di UKSW.

Alasannya, Arief diianggap terus memprotes proses pemilihan rektor yang dianggapnya tak demokratis dan penuh kecurangan. Oleh pimpinan kampus UKSW, Arief Budiman dianggap merugikan dan merusak citra universitas.

Doktor Sosiologi dari Universitas Harvard, Amerika Serikat (1981) yang sebelumnya mengenyam pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (lulus 1968) ini, sebenarnya pribadi yang suka humor.

Arief Budiman sering terlibat dalam konflik. Semua konflik dihayati sebagai usaha penegakan keadilan yang secara filosofis ia yakini sebagai episode yang tak akan pernah selesai dalam kehidupan.

Itulah yang membuatnya tidak pernah lelah berada di tengah kemelut konflik.

Harian Kompas, 11 Agustus 2018 memberitakan, Arief Budiman sempat mengajar sebagai Guru Besar di Universitas Melbourne, Australia.

Selain itu, tentu juga peranan istri yang memahami sikap kejuangannya, Sitti Leila Chaerani yang dinikahinya tahun 1967, dua anaknya, Andrian Mitra Budiman (26) dan Susanti Kusumasari (24).

Mereka tinggal di rumah yang berwawasan ekologis di Desa Kemiri, Salatiga. Rumah tersebut diarsiteki oleh sahabatnya, sastrawan YB Mangunwijaya.(ris/tribunnetwork/kompas.com/cep)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved