DPR Doakan Mahasiswa yang Tewas di Kendari, Wamena Hingga Gempa Ambon Sebelum Mulai Rapat Paripurna
Sebelum memulai rapat, Bamsoet menyampaikan belasungkawa kepada korban kerusuhan di Wamena, mahasiswa di Kendari, serta korban gempa Ambon
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - DPR RI menggelar rapat paripurna ke-12 Masa Persidangan I tahun sidang 2019-2020, Senin (30/9/2019).
Paripurna hari ini merupakan yang terakhir digelar untuk anggota DPR periode 2014-2019.
Baca: Bagikan Momen Kebersaman dengan Krisdayanti dan Anggota DPR Terpilih, Mulan Jameela Disorot
Rapat digelar di Ruang Paripurna Gedung Nusantara II DPR RI, Senayan, Jakarta.
Tampak semua pimpinan DPR hadir di meja pimpinan dan rapat dipimpin Ketua DPR Bambang Soesatyo.
Sebelum memulai rapat, Bamsoet, panggilan akrabnya, menyampaikan belasungkawa kepada korban kerusuhan di Wamena, mahasiswa di Kendari, serta korban gempa di Ambon.
"Atas nama segenap pimpinan dan seluruh anggota DPR RI, saya menyampaikan rasa duka yang mendalam atas jatuhnya korban, baik yang meninggal maupun yang luka-luka, termasuk dua orang mahasiswa Universitas Halu Oleo di Kendari, Sulawesi Tenggara," kata Bamsoet.
"Musibah gempa bumi di Ambon dan sekitarnya, serta peristiwa kerusuhan di Wamena yang lalu," lanjutnya.
Selanjutnya, Bamsoet berdoa untuk para keluarga korban gar tabah dan sabar.
"Mari kita doakan semoga para korban mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kesabaran dalam menerima musibah ini," ujarnya.
Baca: Kerangka Manusia Ditemukan di Kebun Sawit, Kamarudin Mengenali Korban Adalah Ibunya
Setelah itu, ia mengajak semua anggota Dewan yang hadir untuk mendoakan para korban.
"Untuk itu, marilah kita sejenak berdoa bagi para korban agar pintu-pintu langit dibukakan oleh Allah SWT, dan doa kita diijabah oleh Allah SWT. Berdoa dimulai," kata Bamsoet.
Hasil autopsi mahasiswa tewas di Kendari
Ketua tim dokter ahli forensik RSUD Kendari, dr Raja Al Fatih Widya Iswara, memastikan, mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo Kendari, Randi (21), tewas akibat tertembak peluru tajam.
Berdasarkan hasil otopsi yang dilakukan tim gabungan dokter terhadap jenazah korban, Randi terkena peluru tajam pada bagian ketiak sebelah kiri tembus ke dada kanannya.
"Tidak kami temukan selongsong peluru, tapi ditembak dengan senjata api. Terkena pembungkus jantung dan paru-paru sebelah kanan dan sebelah kiri, hingga mengalami pendarahan," kata Raja, di RS Bahteramas, Jumat (27/9/2019).
Baca: Profil Ananda Badudu, Musisi dan Jurnalis yang Galang Dana untuk Mahasiswa yang Gelar Aksi Massa
Baca: PKS Dukung Jokowi Terbitkan Perppu KPK
Baca: Zulkifli Hasan: Seluruh Rekomendasi MPR Periode 2009 – 2014 Sudah Ditindaklanjuti
Proses otopsi berlangsung Kamis (26/9/2019) sejak pukul 22.30 Wita dan baru selesai pada Jumat (27/9/2019) pukul 02.30 Wita.
Randy terkena tembakan di depan BPR Bahteramas Sultra Jalan Abdullah Silondae, Kelurahan Mandonga, Kecamatan Mandonga, Kota Kendari, atau sekitar 500 sampai 600 meter dari Gedung DPRD Sultra, pusat lokasi unjuk rasa mahasiswa.
Sebelum dipastikan meninggal dunia, Randi sempat mendapat perawatan di Rumah Sakit Korem Kendari pada pukul 15.30 Wita.
Pukul 15.44 Wita, Randi mengembuskan napas terakhir. (Kontributor Kendari, Kiki Andi Pati)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Hasil Otopsi, Mahasiswa Universitas Halu Oleo Tewas Terkena Peluru Tajam
Warga dievakuasi dari Wamena
Kerusuhan yang terjadi di Wamena, Papua menyebabkan puluhan warga Sampang, Madura dipulangkan ke kampung halamannya masing-masing.
Tercatat, ada 34 warga Sampang yang dipulangkan dari Wamena Papua, namun 10 orang di antaranya langsung dijemput oleh keluarganya di Surabaya.
"10 orang langsung dijemput oleh keluarganya saat ada di Surabaya, sedangkan 24 orang yang lainnya tiba di Sampang tadi malam pukul 09.00 WIB," kata Sekretaris Daerah Kabupaten Sampang, Yuliadi Setiawan, Senin (30/9/2019).
Yuliadi Setiawan, menjelaskan untuk biaya pemulangan dari Wamena Papua hingga tiba di Smapang semuanya gratis, karena ditanggung oleh Pemprov Jatim.
"Mayoritas warga Sampang yang dipulangkan dari Wamena Papua berasal dari Kecamatan Omben dan ada sebagian dari Taman Sare," ujarnya kepada Tribunjatim.com.
"Kondisi warga yang dipulangkan Alhamdulillah bisa dikatakan sehat semua, meski ada dua orang sempat pusing karena kecapaian," tambah Yuliadi Setiawan.
Evakuasi 3.000 Warga
Sementara itu Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengatakan pihaknya telah mengevakuasi sekitar 3.000 orang dari Wamena di Provinsi Papua pasca insiden serangan ke warga pendatang di Kota Wamena, Papua, yang berujung meninggalnya puluhan orang, pekan lalu.
Baca: Kasus Ikan Asin, Fairuq A Rafiq Malas Bahas Galih Ginanjar, Istri Sonny Septian Tolak Banyak TV
Hadi menyatakan, 3.000 warga tersebut dievakuasi dari Kota Wamena menuju ke Kota Jayapura menggunakan pesawat Hercules.
"Pasukan TNI telah menyelamatkan beberapa pengungsi dari Wamena. Sampai hari ini hampir 3.000 (orang,-red). Kami mendorong dari Wamena menuju Jayapura," kata Hadi Tjahjanto, ditemui di Skadron 17 Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin (30/9/2019).
Dia menjelaskan, pesawat Hercules terus melaksanakan operasi kemanusiaan untuk mengangkut pengungsi dari Wamena menuju ke Jayapura, sampai Senin ini.
Selain mengangkut pengungsi, kata dia, bantuan logistik dari negara, warga negara, dan pihak perusahaan juga diberikan.
"Termasuk membantu bantuan kebutuhan untuk masyarakat di Wamena kurang lebih 74 ton," katanya
"Kami kirim dari masyarakat dan CSR. KRI dan rumah sakit juga hadir di Jayapura untuk menolong korban terluka ataupun meninggal dunia," kata dia.
Baca: Alasan Poppy Kelly Minta Maaf dan Enggan Lapor Balik Nikita Mirzani, Singgung Kesehatan Elza Syarief
Untuk pengamanan di Wamena, dia menambahkan, pasukan pengamanan dari Batalyon 501 dan Kodam XVII/Cenderawasih sudah disiagakan.
"Pasukan pengamanan di Wamena dari Batlyon 501 eksis di sana," ujarnya.
Status Ambon tanggap darurat
Wali Kota Ambon menetapkan masa tanggap darurat pasca-gempa berkekuatan M 6.5 yang mengguncang Provinsi Maluku pada Kamis (26/9/2019).
Gempa yang berpusat di 40 km timur laut Ambon tersebut, menyebabkan 30 orang meninggal dunia dan lebih dari 100 orang menderita luka-luka akibat terkena reruntuhan bangunan.
Berikut rangkuman terkini mengenai situasi pasca gempa 6.5 M pada Kamis (26/9/2019):
30 Meninggal dunia dan ratusan Ribu Mengungsi
Hingga hari Minggu (29/9/2019) korban jiwa meninggal dunia akibat gempa tercatat sebanyak 30 orang.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam situsnya mencatat, korban meninggal dunia di Kabupaten Maluku Tengah tercatat sebagai yang tertinggi dengan menelan sebanyak 14 nyawa.
Sementara korban meninggal dunia lainnhya, di Kota Ambon sebanyak 10 orang, dan di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) 6 orang.
Sedangkan korban luka-luka, total jumlah mencapai 156 orang dengan rincian Maluku tengah 108, Kota Ambon 31 dan SBB 17.
Sementara itu, sebanyak 244.780 orang mengungsi dengan rincian terbanyak di SBB 109.661 orang.
Sedangkan di Maluku Tengah 108.000 orang dan Kota Ambon 27.119.
Hingga kini, data kerusakan rumah masih terus dilakukan, dan untuk sementara tercatat rumah mengalami kerusakan terbanyak berada di Kota Ambon berjumlah 374 unit.
Rinciannya 173 rusak ringan (RR), 74 rusak sedang (RS) dan 74 rusak berat (RB).
Sementara kerusakan rumah wilayah SBB mencakup 31 RR, 163 RS dan 106 RB.
Baca: BNPB: 30 Orang Meninggal dan 156 Luka-luka Akibat Gempa Ambon
14 Hari Status Tanggap Darurat
Wali Kota Ambon, Richard Louhenapessy menetapkan masa tanggap darurat selama 14 hari, terhitung sejak Kamis (26/9/2019) hingga Rabu (9/10/2019).
Selama masa tanggap darurat tersebut, Pos Komando (Posko) Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi Kota Ambon bertugas untuk mengkoordinasikan semua unsur untuk penanganan darurat di wilayah administrasinya.
Kepala BNPN, Doni Murdano pada Jumat (27/9/2019) telah mengunjungi lokasi dampak gempa dengan didampingi Gubernur Maluku Murad Ismail.
Hingga kini, Pihak BNPB telah mengirimkan bantuan logistik dan peralatan ke lokasi terdampak gempa.
Kepala BNPB mengimbau, agar masyarakat tidak mudah terpengaruh pada informasi palsu yang tak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Hingga kini petugas masih berupaya intensif untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk segera kembali ke rumah masing-masing.