Mantan Komandan Kelompok Teroris NII Ungkap Cara Perekrutan Kelompok Radikal
Pendiri NII Crisis Center yang juga Mantan Komandan (Negara Islam Indonesia (NII), Ken Setiawan berbagi cerita mengenai cara perekrutan teroris.
"Kenapa harus menolak, mengingkari dan meninggkan pancasila, karena itu adalah taukhid mereka, jadi kalau masih meyakini ada sumber hukum lain selain hukum Islam maka belum dianggap beriman alias Kafir," demikian proses awal perekrutan terjadi.
Menurut Ken, itu baru permulaan. Belum lagi nanti ketika masuk ayat infak, bahwa seorang jamaah harus mengaplikasikan Al-quran Surat Al anam 193.
Inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahirabbil alamin.
Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah.
Mereka mentafsirkan, imbuhnya, dalam berjuang harus totalitas, mengkorbankan apa yang dimiliki bahkan apa yang dicintai. Sebab semua yang kita miliki adalah milik Allah.
"Mereka menafsikan bahwa pimpinan mereka adalah Allah. Karena menurut mereka perintah Pimpinan saja perintah ulil amri. Perintah ulil amri sama saja perintah Rasul. Perintah Rasul sama dengan perintah Allah."
"Jadi menurut mereka perintah pimpinan sama saja perintah Allah, bahkan mereka mentafsikan bahwa pimpinan adalah wakil Allah di muka bumi," jelasnya lebih jauh.
Jadi menurut mereka, kata Ken, perintah pimpinan wajib ditaati sepenuhnya, tidak boleh bertanya atau menolak.
"Mereka doktrinnya adalah Sami'na Wa Atho'na (Kami Mendengar dan Kami Taat)," jelas Ken.
Ken menjelaskan, bila seorang korban sudah Sami'na Wa Atho'na, maka di situlah permulaan ke dunia baru.
"Dia akan menjadi radikal dan bila sudah menjadi radikal, ibarat buah itu sudah matang, untuk menuju aksi terorisme tinggal selangkah, dipoles maka sudah jadi," ucapnya.
Ini yang menurut ken, merupakan tragedi kemanusian, anak muda yang punya semangat tapi belajar dan ketemu dengan orang yang salah sehingga jihadnya pun jihad yang salah jalan.
Bagi Ken, terorisme memang berbahaya, tapi yang lebih berbahaya adalah sikap intolerasi dan radikalisme pemikiran.
Karena ini yang bisa saja sudah terjadi dan ada di sekeliling kita.
"Bila kita tidak waspada maka bisa saja keluarga dan lingkungan kita menjadi sasaran kita," jelasnya.