Mengapa Jari Telunjuk Diangkat Saat Tahiyat? Apakah Jari Digerakkan atau Lurus?
Mengapa jari telunjuk diangkat saat tahiyat? Para ulama dari lima mazhab berpendapat bahwa ada yang menggerakkan jari telunjuk dan ada yang tidak.
“Telah mengabarkan kepada kami Ya'qub bin Ibrahim berkata telah menceritakan kepada kami Yahya dari Ibnu 'Ajlan dari 'Amir bin 'Abdillah bin Zubair dari ayahnya dikatakan bahwa ketika Rasulullah SAW duduk dalam tasyahud, beliau meletakkan tangan kirinya di atas paha kirinya. Kemudian Rasulullah SAW memberi isyarat dengan jari telunjuknya dan pandangan beliau tidak melebihi jari telunjuknya.”
Bagaimana Cara Mengangkat Jari Telunjuk Ketika Tahiyat Menurut Mazhab?
Rasulullah mencontohkan kepada umatnya tentang cara mengangkat jari telunjuk ketika tahiyat akhir dalam sholat.
Dalam penelitian skripsi berjudul Isyarat Jari Telunjuk Ketika Tasyahud (Analisis Dalil dalam Kitab-kitab Hadis dan Kitab-kitab Fiqh) oleh Melda Aisifa, mahasiswi jurusan Perbandingna Mazhab dan Hukum di Fakultas Syari'ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh tahun 2024.
1. Mazhab Hanafi
Mazhab Ḣanafī menggunakan tiga hadis, yaitu HR. Abu Daūd No. 957, HR. Muslim No. 115 dan 112 untuk merujuk pada isyarat jari telunjuk.
“Rasulullah apabila duduk dalam shalat, beliau menjadikan telapak kaki kirinya di antara paha dan betisnya, beliau bentangkan telapak kaki kanannya, beliau letakkan tangan kirinya di lutut kirinya, dan beliau letakkan tangan kanannya di atas pahanya yang kanan lalu beliau berisyarat dengan jarinya.” (HR. Abu Dawud, No. 957, dinilai shahih oleh al-Albani)
Rasulullah apabila duduk dalam shalat, beliau meletakkan tangan kanannya di atas paha kanannya, lalu beliau mengangkat jari (telunjuk) yang berada di samping ibu jarinya, lalu berdoa dengannya. Dan tangan kirinya beliau letakkan di atas paha kirinya, beliau bentangkan di atasnya.” (HR. Muslim, No. 115)
Rasulullah apabila duduk dalam shalat, beliau meletakkan kaki kirinya di antara paha dan betisnya, beliau bentangkan kaki kanannya, lalu meletakkan tangan kirinya di atas lutut kirinya, dan tangan kanannya di atas pahanya yang kanan, lalu berisyarat dengan jarinya.” (HR. Muslim, No. 112)
Hadis-hadis ini dijadikan dasar oleh mazhab Hanafi bahwa telunjuk diangkat sekali saja sebagai isyarat tauhid saat membaca lā ilāha illallāh dalam tasyahhud, tanpa digerakkan terus-menerus.
Mereka tidak mengambil riwayat “menggerakkan jari telunjuk” sebagaimana dipahami oleh Hanbali.
2. Mazhab Maliki
Mazhab Mālikī menggunakan satu hadis, yaitu HR. An-Nasai No. 1264 untuk merujuk pada mengangkat jari telunjuk saat sholat.
Rasulullah apabila duduk dalam shalat, beliau meletakkan kaki kirinya di antara paha dan betisnya, beliau membentangkan kaki kanannya, meletakkan tangan kirinya di atas lutut kirinya, dan meletakkan tangan kanannya di atas pahanya yang kanan, kemudian beliau berisyarat dengan jarinya (telunjuk).” (HR. An-Nasa’i, Sunan An-Nasa'i, Kitab al-Sahw, No. 1264. Dinyatakan shahih oleh al-Albani)
Riwayat ini sangat mirip dengan yang ada di Muslim, hanya saja dipakai oleh mazhab Maliki untuk menegaskan bahwa jari telunjuk diangkat sebagai isyarat tauhid, dan dalam praktik Maliki jari tidak digerakkan terus-menerus.
Imam Mālik bahkan meriwayatkan dalam al-Muwaṭṭa’ bahwa beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk tanpa disebutkan adanya gerakan berulang.
3. Mazhab Syafi'i
Mazhab Syafi'i menggunakan lima hadis, yaitu HR. Muslim No. 115 dan 112, HR. Abu Daūd No. 957, HR. An-Nasa'i No. 1156 dan 1271 untuk merujuk pada mengangkat jari telunjuk saat sholat.
Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: “Apabila Rasulullah duduk dalam shalat, beliau meletakkan kedua tangannya di atas lututnya, lalu beliau mengangkat jari telunjuk kanannya yang berada di samping ibu jarinya dan berdoa dengannya, sedangkan tangan kirinya diletakkan di atas lututnya dengan direntangkan.” (HR. Muslim, Kitāb al-Masājid, no. 115)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.