1,2 Miliar Anak Mendapat Hukuman Fisik dari Orang Tua dengan Alasan Disiplin, WHO Ingatkan Bahayanya
Tak hanya di rumah, praktik hukum fisik juga marak dilakukan guru di sekolah. Alasan praktik itu dilakukan untuk mendisiplinkan anak.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Masih banyak orang tua dan pengasuh yang meyakini bahwa hukuman fisik dapat membuat anak disiplin.
Namun, laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) justru menegaskan sebaliknya, praktik tersebut terbukti berbahaya dan meninggalkan dampak jangka panjang bagi kesehatan anak.
Secara global, diperkirakan 1,2 miliar anak berusia 0–18 tahun masih mengalami hukuman fisik di rumah setiap tahun.
Baca juga: Perbedaan Mencolok Pengasuhan Anak Zaman Dulu dan Kini serta Tantangannya
Data dari 58 negara menunjukkan bahwa sekitar 17 persen di antaranya menghadapi bentuk yang paling parah.
Misalnya, dipukul di kepala, wajah, atau telinga, bahkan mengalami pukulan keras berulang kali.
Angka Tinggi di Sekolah dan Rumah
Di kalangan anak usia 2–14 tahun, tingkat hukuman fisik sangat bervariasi.
Misalnya, sekitar 30 persen anak di Kazakhstan melaporkan masih dipukul di rumah, sementara di Togo angkanya mencapai 77 persen.
Praktik ini juga marak di sekolah. Di beberapa negara Afrika dan Amerika Tengah, 7 dari 10 anak mengaku pernah mendapatkan hukuman fisik selama bersekolah.
Sebaliknya, di wilayah Pasifik Barat, angka tersebut relatif lebih rendah, yakni sekitar 25 persen.
“Kini terdapat bukti ilmiah yang sangat kuat bahwa hukuman fisik membawa berbagai risiko bagi kesehatan anak,” ujar Etienne Krug, Direktur Departemen Penentu, Promosi, dan Pencegahan Kesehatan WHO, dikutip dari website resmi, Senin (25/8/2025).
Risiko Nyata bagi Kesehatan Anak
Laporan berjudul Hukuman Fisik pada Anak: Dampak Kesehatan Masyarakat menunjukkan bahwa konsekuensi dari praktik ini tidak hanya berupa cedera fisik.
Anak yang mengalami pukulan atau bentakan keras juga menghadapi gangguan biologis yang serius, termasuk peningkatan hormon stres, serta perubahan struktur dan fungsi otak.
Dampak jangka panjangnya lebih mengkhawatirkan.
Anak-anak yang terpapar hukuman fisik rata-rata 24 persen lebih kecil kemungkinan untuk berkembang optimal dibandingkan teman sebaya yang tidak mengalami hukuman.
Kapolda Metro Jaya: Satu Anak Berhadapan dengan Hukum Terlibat Kasus Pembakaran Halte Transjakarta |
![]() |
---|
Taiwan Tuduh Mie Instan dari Indonesia Mengandung Etilen Oksida, BPOM Klaim Sudah Ikuti Standar WHO |
![]() |
---|
Sebulan Mpok Alpa Meninggal, Anak-anaknya Rindukan Momen Pagi dan Magrib Bersama sang Ibu |
![]() |
---|
Teladan dari Kompol Jajang, Sosok Ayah Bagi Ratusan Anak Yatim dan Disabilitas di Cilegon |
![]() |
---|
Bravy Disebut Pahlawan Kesiangan oleh Netizen, Erika Carlina: Dia Menyelamatkan Mental Gue dan Anak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.