Minggu, 5 Oktober 2025

Orang Muda Indonesia Rentan Overthinking, Pengangguran Berisiko 2 Kali Lipat

Overthinking bukan sekadar kebiasaan berpikir negatif, tetapi juga berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
Foto:capture zoom meeting
Peneliti Utama serta Founder & Chairman dari Health Collaborative Center (HCC), Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, dalam paparan webinar bertajuk 'Kesiapan Tenaga Kesehatan Indonesia mensukseskan ASI Selama Pandemi', Rabu (4/8/2021). 

Fenomena ini perlu mendapatkan perhatian serius karena overthinking dapat menular dalam lingkungan sosial.

Jika refleksi overthinking tersebar luas di media sosial tanpa penanganan yang tepat, maka pola pikir negatif dapat menyebar lebih luas dalam masyarakat.

Oleh karena itu, Dr. Ray menekankan bahwa pemerintah dan pembuat kebijakan harus merespons secara humanis, bukan dengan pendekatan negatif yang justru memperburuk kondisi psikologis masyarakat.

Selain pendekatan kebijakan, tokoh agama juga berperan dalam membantu mengubah pemikiran negatif menjadi lebih positif.

Dikatakannya, studi dari berbagai negara menunjukkan bahwa intervensi berbasis spiritual dapat membantu meredam konflik sosial dan mencegah overthinking berkepanjangan.

"Di Indonesia, sebagai negara dengan tingkat religiositas tinggi, pendekatan ini bisa menjadi salah satu solusi dalam menangani masalah kesehatan mental," katanya.

Namun, solusi untuk overthinking harus bersifat multi-stakeholder perlu melibatkan berbagai pihak seperti pemerintah, tokoh agama, organisasi sosial, dan komunitas.

"Perbaikan di sektor ekonomi, kesehatan, dan kesejahteraan sosial juga diperlukan agar masyarakat lebih optimis, produktif, serta tidak mudah terjebak dalam pola pikir negatif," katanya.(Eko Sutriyanto)

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved