Bayar untuk Kerja, Anak Muda di China Rela Rogoh Kocek Demi Tampil Produktif
Pada Juni 2025, tingkat pengangguran anak muda di Tiongkok tercatat 14,5 persen, hanya sedikit membaik dari 14,9 persen pada Mei.
TRIBUNNEWS.COM - Di tengah lesunya ekonomi China, krisis pengangguran kaum muda terus menjadi perhatian.
Pada Juni 2025, tingkat pengangguran anak muda di Tiongkok tercatat 14,5 persen, hanya sedikit membaik dari 14,9 persen pada Mei.
Meski lebih rendah dari rekor 21,3 persen pada Juni 2023, angka ini tetap menunjukkan betapa sulitnya generasi muda di sana menemukan pekerjaan yang stabil.
Rata-rata tingkat pengangguran anak muda selama periode 2021 hingga 2025 berada di angka 16,53 persen.
Banyak faktor yang berperan, mulai dari pelemahan sektor properti, pengetatan regulasi teknologi, serta ketidaksesuaian antara dunia pendidikan dan pasar kerja.
Hasilnya, jutaan lulusan baru berebut pekerjaan dalam pasar yang semakin menyempit.
Tekanan dari keluarga, masyarakat, hingga kampus membuat banyak anak muda tidak punya ruang untuk 'tidak bekerja', meskipun pekerjaan nyata tak kunjung datang.
Maka, sebagian dari mereka memilih solusi ekstrem: membayar agar bisa 'terlihat' bekerja.
Fenomena 'Kantor Palsu'
Di kota Dongguan, sebuah perusahaan bernama Pretend To Work Company menjadi tempat pelarian bagi anak-anak muda seperti Shui Zhou, 30 tahun, yang gagal menjalankan bisnis kuliner pada 2024.
Sejak April 2025, ia rutin membayar 30 yuan atau sekitar Rp 38.000 per hari hanya untuk bisa bekerja di kantor tiruan ini.
Baca juga: Terbongkar! Banyak Pemilik Properti China di Jepang Tidak Bayar Pajak Dengan Benar
"Saya merasa sangat bahagia. Rasanya seperti kita bekerja sama sebagai satu kelompok," kata Zhou, dikutip dari BBC.
Ia kini menghabiskan harinya dengan mengerjakan proyek pribadi, mengasah keterampilan AI, dan berkumpul dengan sesama 'rekan kerja' lainnya, meskipun tidak ada yang secara resmi dipekerjakan.
Baca juga: Nego Tarif Memanas, Trump Tuntut China Tingkatkan Pembelian Kedelai dari AS hingga 4 Kali Lipat
Fenomena serupa kini menjamur di Shanghai, Shenzhen, Wuhan, Chengdu, dan Kunming.
Kantor-kantor ini menyediakan komputer, Wi-Fi, ruang rapat, bahkan minuman dan makan siang.
Biayanya berkisar 30–50 yuan per hari (sekitar Rp65.000 – Rp110.000).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.