Program Makan Bergizi Gratis
Polemik MBG, Ketika Burger & Spaghetti Masuk Daftar Menu, Pangan Segar Indonesia Terpinggirkan
Menu Makan Bergizi Gratis (MBG) menuai polemik. Bukan pangan lokal yang disajikan, justru burger dan makanan instan lain di menu.
“Buat saya ini enggak masuk akal sama sekali,” tegasnya, mengkritisi dominasi junk food di menu MBG.
Kenyataan ini, menurutnya, memalukan sekaligus ironis. Di tengah melimpahnya hasil bumi Nusantara, anak-anak justru disuguhi makanan olahan yang miskin gizi.
Kondisi tersebut menimbulkan trust issue. Jika masyarakat kehilangan kepercayaan, maka MBG bisa gagal mencapai tujuannya.
Padahal, sejak awal program ini diharapkan mampu menyatukan semangat pemerintah dan rakyat dalam memastikan hak anak untuk sehat.
Jalan Keluar: Edukasi dan Konsistensi
Dr Tan menekankan bahwa MBG bukan hanya soal distribusi makanan, melainkan juga edukasi gizi.
Menu seharusnya mengajarkan anak-anak tentang keragaman pangan Nusantara, pentingnya sayuran, buah, dan protein hewani segar.
Jika hal itu dilakukan, MBG dapat menjadi sarana pembelajaran praktis bagi anak-anak.
Yaitu mereka tidak hanya kenyang, tetapi juga memahami apa itu makan sehat.
Dengan begitu, generasi emas 2045 tidak hanya bebas stunting, tetapi juga tumbuh cerdas, sehat, dan berdaya saing.
“Kita tidak mau MBG ini lalu menjadikan suatu masalah di mana rasa percaya, trust issue, itu bermunculan di sana-sini,” tutup Dr Tan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.