Program Makan Bergizi Gratis
Analisa Matematika Penyebab Keracunan MBG, Interval Waktu Bakteri Berkembang hingga Makanan Basi
Bagaimana bisa terjadi keracunan MBG? Ahli matematika dari Universitas 11 Maret (UNS) Surakarta,DR Sutanto Sastraredja mengungkap analisisnya.
Penulis:
Anita K Wardhani
Grafik ini membuat simulasi pertumbuhan koloni bakteri pada 3 suhu dan kelembaban berbeda.
Bakteri akan berkembang biak dihitung berbasis jumlah koloni, jika suhu dan kelembabannya mendukung.
"Suhu yang panas dan kelembaban tinggi akan mempercepat tumbuhnya bakteri dalam makanan.
Jika jumlahnya koloni bakteri melebihi batas ambang maka makanan basi," paparnya kepada Tribunnews.com.

Dengan kata lain, jika makanan dimasak dan dihidangkan dalam interval waktu yang lama dan tidak dikondisikan pada suhu dan kelembaban yang rendah maka makanan akan cepat basi.
"Masaknya harus higienis, ruang penyimpanan dan pengantaran (mobil delivery) musti berada pada suhu dan kelembaban yang rendah," jelasnya lagi.
Sutanto menganalisis, karena porsi MBG banyak yg harus disiapkan, maka butuh waktu lama untuk menyiapkan makanan.
"Membiarkan waktu yang lama sampai disantap jam 12 siang adalah waktu untuk bakteri berkembang biak, dan akan jauh lebih cepat berkembang jika makanan tersebut berada pada suhu dan kelembaban tinggi.
Maka jumlah koloni bakteri tsb akan melebihi ambang batas yang ada dalam makanan, sehingga makanan disebut basi," pungkasnya.
Sikap Pemerintah

Istana Tegaskan Pemerintah Tidak Tone Deaf Dalam Kasus Keracunan MBG
Istana melalui Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Muhammad Qodari mengatakan bahwa pemerintah tidak buta dan tuli terhadap sejumlah kasus keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Menurutnya sejumlah lembaga pemerintah mencatat kasus keracunan MBG, mulai dari Badan Gizi Nasional (BGN), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), maupun Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
“Masyarakat harus tahu bahwa pemerintah itu tidak buta dan tuli, alias tone deaf," katanya.
Menurut Qodari hasil kajian BPOM, puncak kejadian keracunan terjadi pada Agustus 2025, dengan sebaran terbanyak di Jawa Barat. Adapun penyebab utama keracunan tersebut diantaranya adalah higienitas makanan, suhu dan ketidaksesuaian pengolahan pangan, kontaminasi silang, serta indikasi alergi pada penerima manfaat.
“Ini contoh bahwa pemerintah tidak tone deaf, tidak buta dan tuli. Pak Mensesneg kan sudah merespon juga kan, Jumat kemarin kan, mengakui adanya itu minta maaf dan akan evaluasi. Ini saya tambahkan data-datanya,” pungkasnya.
BGN Bentuk Tim Investigasi
Badan Gizi Nasional (BGN) melalui Wakil Kepala BGN Nanik S. Deyang menyatakan pihaknya akan membentuk tim khusus untuk menginvestigasi kasus dugaan keracunan siswa yang mengonsumsi program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah daerah.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.