Senin, 29 September 2025

Terapi Modern Cuci Darah Bantu Pasien Gagal Ginjal Jalani Hidup Lebih Sehat, Ini Penjelasan Dokter 

Penyakit gagal ginjal kronik (PGK) masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia. Cuci darah dianggap bisa memperbaiki kualitas hidup pasien.

Penulis: Eko Sutriyanto
dok Tribun Jogja
ILUSTRASI CUCI DARAH - Dengan rutin menjalani cuci darah, pasien gagal ginjal bisa tetap beraktivitas dan menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih nyaman. Inovasi teknologi peralatan ginjal makin berkembang sehingga mampu menyaring racun secara maksimal. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Penyakit gagal ginjal kronik (PGK) masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia.

Saat ginjal tidak lagi berfungsi dengan baik, tubuh kesulitan membuang racun dan sisa metabolisme. Akibatnya, pasien membutuhkan terapi medis untuk tetap bertahan hidup.

Salah satu pengobatan utama adalah cuci darah atau hemodialisis (HD).

Konsultan ginjal-hipertensi RS Bethsaida Gading Serpong, dr. Muthalib Abdullah, Sp.PD-KGH, FINASIM, menjelaskan terapi ini membantu membersihkan racun dalam darah, menjaga keseimbangan cairan, dan mencegah komplikasi seperti kelebihan cairan atau tekanan darah tinggi.

“Dengan rutin menjalani cuci darah, pasien bisa tetap beraktivitas dan menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih nyaman,” kata dr. Muthalib, Sabtu (28/9/2025).

Meski bermanfaat, metode cuci darah konvensional masih memiliki keterbatasan.

Alat yang biasa digunakan belum mampu menyaring racun berukuran sedang secara maksimal. Karena itu, berbagai inovasi terus dikembangkan.

Menurut dr. Muthalib, salah satu terobosan adalah HD Theranova, dialiser (alat penyaring) yang dirancang khusus untuk membersihkan racun berukuran sedang.

Dengan teknologi ini, pembuangan racun menjadi lebih optimal sehingga kualitas hidup pasien bisa meningkat.

Ada pula HDX, pengembangan dari HD konvensional dengan membran penyaring berpori lebih besar dan sistem aliran darah yang lebih baik.

Teknologi ini mampu membersihkan racun berukuran menengah hingga besar, mendekati kemampuan metode hemodiafiltrasi (HDF).

HDF sendiri merupakan gabungan metode hemodialisis dan filtrasi tekanan tinggi yang dapat menghilangkan racun secara lebih menyeluruh, terutama racun berukuran menengah.

Namun, prosedur ini membutuhkan mesin canggih dan pengolahan air khusus, sehingga belum tersedia merata di semua rumah sakit, khususnya di daerah.

“Terapi HDF biasanya dilakukan satu hingga dua kali seminggu, dan manfaatnya baru terasa setelah dijalani dalam jangka panjang. Prosedur ini juga memerlukan aliran darah yang lebih tinggi, sehingga akses pembuluh darah pasien harus baik,” jelas dr. Muthalib.

Dengan kemampuan membersihkan darah lebih baik, pasien bisa merasa lebih sehat dan beraktivitas lebih nyaman. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan