Profil Juan dan Fahrul, Ilmuwan Indonesia yang Diakui Dunia, Temuannya Jadi Harapan Pasien Diabetes
Juan lahir di Jakarta pada 1993. Ia menempuh pendidikan menengah di Shanghai, dan melanjutkan kuliah S1 Sains di Boston.
"Tapi dengan kolaborasi internasional dan kreativitas memaksimalkan sumber daya lokal, tantangan itu bisa dilewati,” tambahnya.
Saat ini, senyawa Juanleoxy Fahrulanoside masih berada pada tahap penelitian dasar.
Ke depan, senyawa ini bisa dikembangkan menjadi berbagai bentuk, mulai dari kapsul ekstrak, tablet, hingga minuman fungsional.
Dengan kata lain, semuanya memerlukan perjalanan panjang: uji praklinik, uji klinik, sampai izin edar.
“Penelitian ini memberi harapan baru dalam pengendalian diabetes dengan mekanisme GLP-1 yang terbukti penting secara klinis. Jika dikembangkan lebih lanjut, ia bisa menjadi dasar terapi yang efektif, aman, dan berbasis kekayaan hayati di sekitar kita,” kata Juan.
Profil Juan dan Fahrul
Juan lahir di Jakarta pada 1993. Ia menempuh pendidikan menengah di Shanghai, dan melanjutkan kuliah S1 Sains di Boston.
Selain itu, ia juga menempuh studi medis di Beijing University of Chinese Medicine.
Juan kini aktif mengedukasi publik soal gizi melalui akun Instagram @juan.guladarah.
Baca juga: Bukan Lagi Penyakit Orang Tua! Diabetes Incar Usia 20–30 Tahun, Ini Faktanya
Sedangkan, Fahrul (25) berasal dari Madiun, Jawa Timur. Ia sudah menulis lebih dari 105 publikasi internasional, memiliki hak paten senyawa antikanker dan antidiabetes.
Saat ini ia menjabat sebagai Vice President of Medical Research Center of Indonesia. Ia juga menyandang status sebagai peneliti di UIN Sunan Kalijaga dan mahasiswa pascasarjana Universitas Airlangga.
Juan dan Fahrul bertemu di sebuah konferensi di akhir 2022.
“Selanjutnya kami berkolaborasi karena punya visi yang sama, yakni penelitian sains untuk penemuan obat baru,” tutur Fahrul.
Bagi keduanya, keberhasilan ini tak hanya soal prestasi ilmiah, melainkan juga integritas riset. Juan menegaskan,
“Integritas bukan sekadar mencegah plagiarisme, tapi budaya akademik: bagaimana data dikumpulkan, dianalisis, dilaporkan, hingga keberanian menolak manipulasi. Indonesia punya banyak talenta, tapi tanpa integritas, riset sehebat apa pun kehilangan makna.”
Fahrul juga mengungkap alasan mereka ngotot dan terus berusaha menghadapi setiap kesulitan dalam penelitian ini.
"Diabetes adalah masalah global yang juga menghantam Indonesia. Kami ingin menghadirkan solusi berbasis sumber daya alam negeri sendiri, yang bisa bersaing secara ilmiah di panggung internasional," tandas Fahrul.
Diabetes Tipe 1 pada Anak, Penyakit Autoimun yang Sering Terlambat Terdeteksi |
![]() |
---|
WHO Keluarkan Obat Baru Tambahan untuk Penyakit Kanker dan Diabetes, Ini Daftarnya |
![]() |
---|
Mengintip Terapi Elektromagnetik Ala Shinse Rian, Alternatif Modern dalam Pengobatan Tradisional |
![]() |
---|
Kondisi Kesehatan Yetty Wijaya Sebelum Meninggal, Sakit Diabetes dan Sempat Koma di RS |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.