1 dari 7 Remaja di Dunia Alami Gangguan Mental, WHO Ingatkan Pentingnya Deteksi Dini
Di balik semangat eksplorasi dan pertumbuhan, masa remaja juga menyimpan kerentanan yang sering luput dari perhatian: kesehatan mental.
Gangguan tersebut kerap berdampak pada performa sekolah, hubungan sosial, hingga memicu isolasi yang semakin memperparah keadaan.
Dalam kasus tertentu, depresi berujung pada perilaku menyakiti diri atau bunuh diri.
Tak berhenti di situ, remaja juga menghadapi risiko gangguan perilaku, gangguan makan, hingga psikosis.
Gangguan makan misalnya, lebih sering menyerang anak perempuan dan berkaitan erat dengan kecemasan, depresi, bahkan bunuh diri.
Di tengah kompleksitas masalah ini, WHO bersama UNICEF meluncurkan Inisiatif Helping Adolescents Thrive (HAT).
Program ini dirancang untuk memperkuat kebijakan dan layanan kesehatan mental remaja, sekaligus mencegah gangguan mental sejak dini.
Upaya juga dilakukan melalui modul mhGAP 2.0, yang memberi panduan berbasis bukti bagi tenaga kesehatan non-spesialis untuk menangani masalah mental pada anak dan remaja.
Meski jalan masih panjang, langkah-langkah ini memberi harapan.
Sebab, ketika remaja mendapatkan dukungan yang tepat, mereka bukan hanya mampu bertahan, tetapi juga berkembang menjadi generasi dewasa yang sehat jiwa raga.
(Tribunnews.com/ Aisyah Nursyamsi)
Wabah Kolera Meluas ke 60 Negara, Pasokan Vaksin Masih Jadi Kendala |
![]() |
---|
Ebola Merebak di Kongo, WHO Siaga: Kenali Tanda Awalnya! |
![]() |
---|
Bayern Muenchen Mencoba Mencuri Lamine Yamal dari Barcelona saat Usia 14 |
![]() |
---|
Terjemahan Lirik lagu Who Says - Selena Gomez & The Scene: I’m No Beauty Queen |
![]() |
---|
Wabah Ebola Terjadi Lagi, Epidemiolog Sarankan Indonesia Perlu Siaga Hadapi Risiko Impor dari Afrika |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.