Senin, 6 Oktober 2025

Era Baru Ortopedi, Teknologi Robotik Bantu Tangani Gangguan Lutut

Saat mengalami kerusakan, lutut bisa menimbulkan nyeri berkepanjangan, keterbatasan gerak, hingga penurunan kualitas hidup.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Erik S
Istimewa
GANGGUAN NYERI LUTUT - Teknologi medis semakin berperan penting dalam meningkatkan kualitas hidup pasien.  Salah satu inovasi terbaru yang kini hadir di Indonesia adalah operasi lutut robotik Total Knee Replacement (TKR) yakni prosedur pembedahan untuk mengganti sendi lutut yang mengalami kerusakan akibat osteoartritis, cedera berat, atau gangguan degeneratif lainnya 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gangguan lutut merupakan salah satu masalah muskuloskeletal yang paling sering ditemui. Wajar saja, karena lutut adalah sendi terbesar sekaligus kompleks yang setiap hari bekerja menopang beban tubuh. 

Saat mengalami kerusakan, lutut bisa menimbulkan nyeri berkepanjangan, keterbatasan gerak, hingga penurunan kualitas hidup.

Secara global, osteoartritis lutut adalah gangguan yang paling umum. WHO mencatat bahwa sekitar 7 persen populasi dunia menderita osteoartritis, dan lutut adalah lokasi tersering.

Baca juga: Gejala Muncul di Usia Lebih Muda, Segera Ubah Gaya Hidup untuk Cegah Osteoartritis 

Pada kelompok usia di atas 60 tahun, prevalensinya bisa mencapai 30–40%, terutama pada wanita.

Selain osteoartritis, cedera lutut seperti robekan meniskus, cedera ligamen anterior (ACL), hingga sindrom nyeri patellofemoral juga cukup banyak terjadi, khususnya pada atlet maupun pekerja dengan aktivitas fisik berat.

Di Indonesia, data Riskesdas 2018 menyebut prevalensi penyakit sendi—termasuk lutut—mencapai 7,3%.

Angka ini cenderung meningkat pada usia lanjut. Osteoartritis lutut diperkirakan menjadi penyebab utama nyeri sendi pada masyarakat berusia di atas 50 tahun.

Sementara itu, kasus cedera lutut pada usia muda makin sering ditemui, seiring tren olahraga populer seperti futsal, sepak bola, badminton, dan lari maraton.

Faktor Risiko Gangguan Lutut

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko gangguan lutut antara lain yakni sia lanjut, terutama di atas 50 tahun, jenis kelamin, dengan wanita pascamenopause lebih rentan.

Kemudian berat badan berlebih (obesitas) yang memberi tekanan ekstra pada sendi lutut, aktivitas fisik berat atau olahraga dengan kontak fisik tinggi, riwayat cedera lutut sebelumnya.

Kini perkembangan teknologi medis memberikan harapan baru bagi pasien yang membutuhkan operasi penggantian sendi lutut. 

Baca juga: Cara Menangani Osteoartritis Lutut, Penyakit yang Banyak Dialami Lansia


Salah satu inovasi terkini adalah robotic Total Knee Replacement (TKR), yaitu prosedur penggantian lutut yang dilakukan dengan bantuan sistem robotik berpresisi tinggi.
Robot ini bekerja sebagai asisten pintar bagi dokter bedah.

Dengan teknologi navigasi real-time, sistem mampu memetakan anatomi lutut pasien secara detail, sehingga pemotongan tulang dan penempatan implan dapat dilakukan lebih presisi sesuai kondisi individu.

Prof. Dr. dr. Ismail Hadi Soebroto Dilogo, Sp.OT. Subsp.P.L (K), dokter Subspesialis Panggul dan Lutut di Siloam Hospitals Mampang mengatakan, penggunaan robot dalam TKR dapat mempercepat pemulihan, mengurangi rasa nyeri pasca operasi, serta meningkatkan ketahanan implan. 

Meski demikian, keputusan medis tetap berada di tangan dokter.

“Kolaborasi antara keahlian manusia dan kecanggihan teknologi menghasilkan operasi yang lebih aman dan akurat,” jelasnya.

Dibandingkan dengan operasi konvensional, robotic TKR menawarkan sejumlah kelebihan yakni pemulihan lebih cepat karena pasien dapat mulai latihan pergerakan di hari yang sama pascaoperasi.

Baca juga: Waspadai Osteoartritis: Ketika Sendi Kaki Terasa Sakit Ekstrim

"Sayatan lebih kecil dan minim invasif, sehingga risiko perdarahan dan infeksi lebih rendah, durasi operasi lebih efisien berkat perencanaan akurat dan nyeri pasca operasi lebih ringan karena trauma jaringan lebih minim," katanya, Senin (18/8/2025).

Dikatakannya, banyak pasien menunda operasi lutut karena khawatir akan rasa sakit, pemulihan yang lama, atau hasil yang tidak optimal. 

"Teknologi robotik diyakini mampu menjawab keraguan tersebut dengan tingkat akurasi tinggi, risiko kesalahan yang sangat kecil, dan proses pemulihan yang lebih nyaman," katanya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved