Inovasi Bedah Lutut, Teknologi Robotik Tawarkan Akurasi Tinggi dan Pemulihan Cepat
Cedera lutut dalam kasus yang parah, operasi penggantian sendi lutut menjadi satu-satunya solusi. Namun, operasi konvensional sering hadapi tantangan
Penulis:
Eko Sutriyanto
Editor:
Erik S
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gangguan lutut, seperti osteoartritis dan cedera, semakin banyak dialami masyarakat Indonesia, terutama mereka yang berusia lanjut atau aktif berolahraga.
Kondisi ini sering kali membatasi aktivitas sehari-hari, bahkan untuk sekadar berjalan. Dalam kasus yang parah, operasi penggantian sendi lutut menjadi satu-satunya solusi.
Operasi konvensional sering menghadapi tantangan, seperti keterbatasan presisi dalam penempatan implan dan risiko komplikasi pasca-operasi.
Baca juga: Cegah Cidera, Dokter Sarankan Jenis Sepatu Ini untuk Orang yang Sering Naik Kendaraan Umum
Namun, dunia medis kini memasuki babak baru dengan hadirnya teknologi bedah robotik.
Di Indonesia, sistem robotik Cori telah digunakan dan RS Mandaya Puri telah melakukan 100 operasi lutut dalam 10 bulan yang menjadi tonggak penting dalam dunia medis.
Anggota tim dokter ortopedi subspesialis Hip & Knee RS Mandaya Puri yang telah tersertifikasi robotik internasional, dr. Paulus Ronald Hibono, Sp.OT(K) Hip & Knee mengatakan, teknologi robotik ini memungkinkan operasi penggantian lutut atau total knee arthroplasty (TKA) dengan akurasi tinggi.
Teknologi ini bekerja dengan memetakan anatomi lutut pasien secara real-time dalam format 3D.
"Prosesnya dimulai dengan pemasangan sensor pada paha dan kaki pasien. Sensor ini kemudian membaca anatomi dan pergerakan kaki, yang informasinya ditampilkan pada monitor," kata Paulus dalam keterangannya, Sabtu (16/8/2025).
Dari data tersebut, dokter dapat menentukan rencana bedah yang sangat presisi, termasuk seberapa banyak tulang yang harus dipotong dan pada sudut berapa implan akan dipasang.
"Teknologi ini memastikan pemotongan tulang sangat akurat, meminimalkan kesalahan yang bisa terjadi pada metode konvensional dan pasien umumnya sudah bisa berjalan dengan bantuan fisioterapi pada hari kedua setelah operasi," kata dokter yang menjadi satu-satunya perwakilan dari Indonesia yang hadir dalam ajang CORI Robotic Summit di Jerman.
Baca juga: Mengapa Lutut Lansia Sering Terasa Nyeri? Begini Penjelasan Dokter dan Cara Atasinya
Keunggulan sistem robotik Cori makin maksimal saat didukung oleh penggunaan implan Oxinium, material inovatif ini terbuat dari logam zirkonium yang telah mengalami proses oksidasi khusus.
Implan ini memiliki keunggulan seperti terbukti 9 kali lebih kuat dari implan logam biasa dan bisa bertahan hingga 30 tahun.
"Sistem navigasi robotik dan material implan memungkinkan operasi penggantian sendi lutut yang lebih presisi, minim risiko, serta masa pemulihan yang lebih cepat dan nyaman bagi pasien," kata Erwin Suyanto, selaku Public Relation Mandaya Hospital Group.
Dikatakannya, keberhasilan melakukan 100 operasi lutut metode robotik dalam 10 bulan dan menjadi yang pertama melakukan metode parsial (UKA) dengan bantuan robot.
"Beberapa pasien bukan cuma bisa berjalan lagi, bahkan mereka kembali berolahraga berat seperti tenis," katanya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.