Senin, 29 September 2025

Bisa Tularkan Bakteri dan Virus pada Bayi Tradisi 'Papah Makanan' Sangat Berbahaya

Bahkan ada yang percaya jika nenek yang mengunyah rasa makanan akan lebih gurih untuk cucunya.Tradisi ini dikenal dengan sebutan "dipapah" bisa bahaya

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: willy Widianto
Istimewa
BAHAYA 'PAPAH MAKANAN' - Pelatihan makanan bayi dan anak. Tradisi 'papah makanan' dianggap berbahaya karena jadi media penularan bakteri. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sebagian orang tua mungkin pernah mendengar atau bahkan menyaksikan langsung tradisi saat memberi makanan untuk bayi terlebih dulu dikunyah oleh orang tua atau nenek, lalu disuapkan ke mulut si kecil.

Baca juga: Dunia Usaha dan Relawan Umat Buddha Salurkan Makanan Bayi ke Korban Gempa Cianjur

Tradisi yang dikenal dengan sebutan "papah makanan" ini diyakini oleh sebagian masyarakat sebagai cara membuat makanan lebih lembut dan enak karena bercampur air liur orang yang mengunyah. Bahkan ada yang percaya, jika nenek mengunyah rasa makanan akan lebih gurih untuk cucunya.

Tradisi ini masih ditemukan di beberapa daerah di Indonesia dan beberapa negara lain di dunia, meskipun semakin jarang dilakukan karena kekhawatiran tentang potensi masalah kesehatan. 

Namun, dibalik keyakinan turun-temurun itu, pakar mengingatkan bahwa cara ini justru menyimpan bahaya besar bagi kesehatan bayi.

Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr Winra Pratita, Sp.A, M.Ked(Ped) mengatakan kebiasaan tersebut bisa menjadi penularan bakteri atau virus patogen yang bisa mendatangkan penyakit pada bayi dan anak.

Menurutnya, proses mengunyah makanan dengan mulut orang dewasa lalu memberikan ke bayi tidak higienis dan tidak aman. Air liur bisa membawa berbagai mikroorganisme berbahaya yang memicu infeksi.

Kesalahan lain yang sering terjadi kata dr Winra adalah orang tua takut memberi makanan padat karena bayi belum memiliki gigi.  Padahal, bayi tetap bisa mengunyah makanan dengan gusi, bahkan sebelum gigi tumbuh sempurna.

“MPASI yang kita berikan itu tidak harus ada gigi dulu baru bisa mengunyah. Kita bisa memberikan makanan lumat, lalu ditingkatkan teksturnya hingga anak bisa makan makanan keluarga,” ujarnya, Selasa(12/8/2025).

Baca juga: Dituding Beri Gula Tambahan pada Produk Makanan Bayi di Negara Berkembang, Nestle Buka Suara

Pemberian MPASI juga sebaiknya menyesuaikan tekstur dengan usia bayi. Pada usia 6–8 bulan makanan lumat atau disaring halus. Kemudian usia 9–11 bulan nasi tim halus hingga agak kasar dan mudah dicincang.

Lalu usia 12 bulan ke atas sudah bisa dikenalkan makanan keluarga. Dengan cara tersebut anak bisa beradaptasi secara bertahap dan aman tanpa perlu praktik tradisi yang berisiko.

Ia pun menegaskan, meninggalkan kebiasaan lama yang tidak higienis bukan berarti meninggalkan budaya, melainkan menyelamatkan masa depan kesehatan anak.

Baca juga: Ide Menu MPASI Anti Ribet saat Mudik yang Bisa Dicontek dan Cara Penyimpanannya

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan