Minggu, 5 Oktober 2025

Cegah Anemia, Anak Usia 6 Bulan ke Atas Wajib Diberi Makanan Pendamping Kaya Protein dan Zat Besi

Setelah berusia lebih dari 6 bulan, ASI saja tidak lagi cukup bagi anak. Ibu perlu pastikan anak mendapat asupan MPASI kaya protein dan zat besi.

|
Penulis: willy Widianto
Editor: Willem Jonata
Handout/IST
GIZI ANAK - Dokter spesialis anak, dr. Agnes Tri Harjaningrum, Sp.A., dalam bincang gizi anak bersama Fatayat Nahdlatul Ulama. Dalam kesempatan ini juga hadir Bendahara Umum Fatayat NU, Wilda Tusururoh. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willy Widianto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Air Susu Ibu (ASI) adalah satu-satunya makanan yang direkomendasikan untuk bayi 0 hingga 6 bulan.

Keunggulan dan keistimewaan ASI sebagai nutrisi untuk bayi sudah tidak diragukan lagi, sebab ASI mengandung komponen makro dan mikronutrien yang sangat diperlukan. 

Meski demikian, anak yang mendapatkan ASI eksklusif belum tentu terhindar dari risiko kekurangan nutrisi, seperti defisiensi zat besi. 

Baca juga: Patricia Gouw Mandi Pakai ASI, Diyakininya Bagus untuk Kesehatan Kulit

Sebagaimana diketahui, setelah berusia lebih dari 6 bulan, ASI saja tidak lagi cukup bagi anak.

Apalagi bila ibu tidak cukup gizi sehingga kualitas dan kuantitas ASI menurun.

Karena itu, ibu perlu memastikan anak mendapat asupan Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang kaya protein dan zat besi.
 
Dokter spesialis anak, dr Agnes Tri Harjaningrum, Sp.A mengatakan perlu diperhatikan untuk anak yang mengkonsumsi ASI, karena akan berbeda dengan anak yang biasa menggunakan susu formula. 

"Biasanya kalau susu formula sudah ada fortifikasi. Walaupun ASI itu yang terbaik, cuma di usia 6 bulan ASI akan kurang,” jelas dr. Agnes, Minggu(29/6/2025).

Lebih lanjut, dr Agnes menjelaskan kekurangan nutrisi terutama zat besi pada anak dapat mengakibatkan anak terkena anemia defisiensi besi (ADB). Kondisi ADB pada anak sama berbahayanya dengan stunting. Bahkan,  ADB dapat menurunkan IQ anak sebesar 8 hingga 9 poin.

“Selama ini di Indonesia kita membahasnya tentang stunting, saja kebanyakan, terus ASI. Padahal anemia defisiensi besi ini dampaknya juga bisa menurunkan IQ. Sama kayak stunting” kata dr. Anges. 

Pemenuhan zat besi dikatakan dr. Agnes tidaklah sulit. Dengan mengkonsumsi makanan yang banyak disekitar kita dan mudah diperoleh seperti hati ayam, telur, susu pertumbuhan dan makanan fortifikasi dapat mencegah anak kekurangan zat besi. 

“Misalnya pagi kasih ati ayam satu sendok makan. Siang kasih daging cincang 2 sendok makan. Nanti malamnya dikasih  1 kuning telur, itu sudah cukup memenuhi zat besi. Atau kalau mau boleh pakai MPASI yang fortifikasi, itu ada tambahannya udah banyak. Jadi selang-seling seperti itu, ” tutur dr. Agnes.

Sementara itu, Bendahara Umum Fatayat NU, Wilda Tusururoh menyadari kurangnya pemahaman gizi termasuk zat besi pada orang tua. Hal itu yang melatar belakangi Fatayat NU aktif memberikan edukasi gizi kepada masyarakat.

Salah satu kelompok sasaran Fatayat NU adalah perempuan atau orang tua muda. Sebab, kelompok perempuan atau orang tua muda merupakan garda pertama dalam pemenuhan gizi yang baik untuk anak.

“Jadi kita selalu buat langkah preventif masalah gizi sebagai ormas dengan mendampingi, memberikan awareness kepada masyarakat melalui kepada kader-kader Fatahyat. Karena Fatayat NU segmentasi perempuan-perempuan di usia produktif. Di usia 20-45 tahun, artinya ibu-ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya,” ucap Wilda.


Selain itu, Fatayat juga aktif bekerja sama dengan banyak stakeholder seperti instansi pemerintahan untuk mengedukasi gizi kepada masyarakat. Dengan begitu, pemenuhan gizi pada anak dapat terus meningkat.


“Kami siap berkolaborasi dengan dinas kesehatan, BKKBN, maupun stakeholder lainnya agar kesadaran pemenuhan gizi anak bisa meningkat,” tutur Wilda. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved