Senin, 29 September 2025

Banyak Remaja di Indonesia Terkena IMS, Paling Banyak Sifilis, Kemenkes: Segera ke Dokter!

Namun, jenis IMS yang paling banyak ditemukan tiga tahun terakhir adalah sifilis atau raja singa, dengan jumlah kasus pada 2024 mencapai 23.347 orang.

freepik.com
PENYAKIT KELAMIN - Ilustrasi terkena infeksi menular seksual (IMS). Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat kasus IMS di Indonesia melonjak dalam tiga terakhir, khususnya pada kelompok remaja usia 15 hingga 19 tahun.  

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat kasus infeksi menular seksual (IMS) di Indonesia melonjak dalam tiga terakhir, khususnya pada kelompok remaja usia 15 hingga 19 tahun. Kemenkes mengingatkan agar masyarakat tidak mengobati IMS secara mandiri dan segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.

Direktur Penyakit Menular Kemenkes, Ina Agustina, menegaskan bahwa keluarga memiliki peran penting dalam mendampingi pasien IMS agar menjalani pengobatan secara disiplin.

"Keluarga bisa memastikan pasien patuh dan rutin minum obat, menjalankan hidup sehat serta menjauhi perilaku seks berisiko," ujar Ina dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (20/6/2025).

Sifilis Mendominasi Kasus IMS

Data Kemenkes menunjukkan, kasus IMS di kalangan remaja terus meningkat dalam tiga tahun terakhir. Peningkatan ini seiring membaiknya kesadaran masyarakat untuk melakukan skrining kesehatan seksual.

Beberapa jenis IMS yang umum meliputi, Gonore (kencing nanah), Klamidia, Sifilis (Raja Singa), Ulkus Mole (Chancroid), dan Limfogranuloma Venerum (LGV).

Namun, jenis IMS yang paling banyak ditemukan tiga tahun terakhir adalah sifilis atau raja singa, dengan jumlah kasus pada 2024 mencapai 23.347 orang.

Infeksi ini diawali dengan luka pada organ seksual, lalu berkembang menyerang aliran darah dan organ vital seperti jantung, ginjal, mata, hingga sistem saraf.

Baca juga: Kemenag Ungkap 34,6 Juta Pasutri di Indonesia Tak Punya Buku Nikah, Ini yang Dikhawatirkan

Ancaman Serius Jika Tak Diobati

Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Subspesialis IMS, Hanny Nilasari, menjelaskan bahwa beberapa infeksi IMS bisa disembuhkan jika ditangani sejak dini. Namun, infeksi yang disebabkan virus bersifat laten dan bisa kambuh saat imunitas menurun.

“Virus akan tetap ada di dalam tubuh meskipun tanda infeksinya sudah sembuh,” ungkap Hanny.

IMS yang tak tertangani dengan baik juga dapat meningkatkan risiko penularan HIV. Pada perempuan, penyakit ini bisa memicu radang panggul hingga kemandulan. Bila ditularkan dari ibu ke bayi, IMS bisa menyebabkan kematian neonatal, lahir prematur, hingga cacat bawaan.

Baca juga: 1 dari 6 Pasangan di Dunia Alami Kesulitan Hamil, Bagaimana Kondisi di Indonesia?

Ajakan Hidup Sehat dan Pemeriksaan Dini

Ina Agustina menekankan bahwa IMS bisa dicegah dengan gaya hidup sehat, seks aman, serta menjauhi narkoba.

“Jangan obati sendiri IMS. Segera ke fasilitas kesehatan untuk penanganan yang tepat,” tegasnya.

Pemerintah mendorong masyarakat, khususnya remaja dan keluarga, untuk aktif memeriksakan kesehatan seksual dan memahami risiko IMS yang bisa mengintai tanpa gejala awal yang jelas.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan