Banyak Remaja di Indonesia Terkena IMS, Paling Banyak Sifilis, Kemenkes: Segera ke Dokter!
Namun, jenis IMS yang paling banyak ditemukan tiga tahun terakhir adalah sifilis atau raja singa, dengan jumlah kasus pada 2024 mencapai 23.347 orang.
Penulis:
Rina Ayu Panca Rini
Editor:
Acos Abdul Qodir
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat kasus infeksi menular seksual (IMS) di Indonesia melonjak dalam tiga terakhir, khususnya pada kelompok remaja usia 15 hingga 19 tahun. Kemenkes mengingatkan agar masyarakat tidak mengobati IMS secara mandiri dan segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.
Direktur Penyakit Menular Kemenkes, Ina Agustina, menegaskan bahwa keluarga memiliki peran penting dalam mendampingi pasien IMS agar menjalani pengobatan secara disiplin.
"Keluarga bisa memastikan pasien patuh dan rutin minum obat, menjalankan hidup sehat serta menjauhi perilaku seks berisiko," ujar Ina dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (20/6/2025).
Sifilis Mendominasi Kasus IMS
Data Kemenkes menunjukkan, kasus IMS di kalangan remaja terus meningkat dalam tiga tahun terakhir. Peningkatan ini seiring membaiknya kesadaran masyarakat untuk melakukan skrining kesehatan seksual.
Beberapa jenis IMS yang umum meliputi, Gonore (kencing nanah), Klamidia, Sifilis (Raja Singa), Ulkus Mole (Chancroid), dan Limfogranuloma Venerum (LGV).
Namun, jenis IMS yang paling banyak ditemukan tiga tahun terakhir adalah sifilis atau raja singa, dengan jumlah kasus pada 2024 mencapai 23.347 orang.
Infeksi ini diawali dengan luka pada organ seksual, lalu berkembang menyerang aliran darah dan organ vital seperti jantung, ginjal, mata, hingga sistem saraf.
Baca juga: Kemenag Ungkap 34,6 Juta Pasutri di Indonesia Tak Punya Buku Nikah, Ini yang Dikhawatirkan
Ancaman Serius Jika Tak Diobati
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Subspesialis IMS, Hanny Nilasari, menjelaskan bahwa beberapa infeksi IMS bisa disembuhkan jika ditangani sejak dini. Namun, infeksi yang disebabkan virus bersifat laten dan bisa kambuh saat imunitas menurun.
“Virus akan tetap ada di dalam tubuh meskipun tanda infeksinya sudah sembuh,” ungkap Hanny.
IMS yang tak tertangani dengan baik juga dapat meningkatkan risiko penularan HIV. Pada perempuan, penyakit ini bisa memicu radang panggul hingga kemandulan. Bila ditularkan dari ibu ke bayi, IMS bisa menyebabkan kematian neonatal, lahir prematur, hingga cacat bawaan.
Baca juga: 1 dari 6 Pasangan di Dunia Alami Kesulitan Hamil, Bagaimana Kondisi di Indonesia?
Ajakan Hidup Sehat dan Pemeriksaan Dini
Ina Agustina menekankan bahwa IMS bisa dicegah dengan gaya hidup sehat, seks aman, serta menjauhi narkoba.
“Jangan obati sendiri IMS. Segera ke fasilitas kesehatan untuk penanganan yang tepat,” tegasnya.
Pemerintah mendorong masyarakat, khususnya remaja dan keluarga, untuk aktif memeriksakan kesehatan seksual dan memahami risiko IMS yang bisa mengintai tanpa gejala awal yang jelas.
infeksi menular seksual (IMS)
Raja Singa
sifilis
Kementerian Kesehatan
penyakit seksual
Penyakit kelamin
Ekonom Ingatkan Pemerintah, Minimnya Sosialisasi Kebijakan Bisa Munculkan Resistensi Masyarakat |
![]() |
---|
Stres dan Cemas Berlebihan karena Demo Rusuh, Ini Cara Akses Layanan Konseling Gratis dari Kemenkes |
![]() |
---|
Deteksi Kanker di Indonesia Makin Canggih, Kemenkes Berharap Bisa Gaet Pasien dari Mancanegara |
![]() |
---|
Penjelasan Lengkap Kemenkes Soal Penyebab Kematian Balita di Sukabumi, Bukan Cacingan, Tapi Sepsis |
![]() |
---|
Hingga Agustus 2025, 20 Juta Orang Sudah Ikut Cek Kesehatan Gratis, Ini Temuannya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.