Bersama Cegah Stunting dan Anemia, Demi Anak Indonesia yang Tumbuh Sehat
Data terbaru menunjukkan, satu dari tiga balita Indonesia mengalami anemia, dan hampir 20 persen anak menghadapi risiko stunting.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Masalah stunting dan anemia pada anak Indonesia kembali menjadi sorotan dalam ajang Peduli Gizi 2025, yang digelar bersamaan dengan World Congress on Clinical Nutrition (WCCN) di Bogor, Jawa Barat.
Tak sekadar seremoni, kegiatan ini menjadi wadah apresiasi bagi berbagai pihak yang terus berinovasi dan berkontribusi nyata dalam meningkatkan kualitas gizi anak-anak bangsa.
Data terbaru menunjukkan, satu dari tiga balita Indonesia mengalami anemia, dan hampir 20 persen anak menghadapi risiko stunting.
Baca juga: SSGI 2024: Prevalensi Stunting Nasional Turun Menjadi 19,8 Persen
Kondisi ini tak hanya menghambat pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak, tetapi juga mengancam produktivitas dan kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa depan.
“Masalah gizi harus ditangani dengan pendekatan yang inovatif dan kolaboratif. Peran sektor swasta, akademisi, dan masyarakat sipil sangat krusial,” ujar Prof. Hardinsyah, MS, Ph.D, Ketua Komite Penghargaan sekaligus Presiden International College of Nutrition di Jakarta, belum lama ini.
Salah satu sorotan utama ajang ini adalah kategori Inovasi Produk Pangan dan Gizi, yang diberikan kepada program-program berbasis nutrisi yang terbukti memberikan dampak langsung di lapangan.
Salah satu penerima penghargaan adalah Sarihusada, melalui program Generasi Maju Bebas Stunting. Program ini memadukan edukasi gizi, kampanye kesadaran masyarakat, dan distribusi produk nutrisi yang diformulasikan khusus untuk anak usia dini.
“Kami percaya bahwa solusi kesehatan harus menjangkau sebanyak mungkin masyarakat, terutama kelompok yang paling rentan,” ujar Arif Mujahidin, Corporate Communications Director Danonesia.
“Stunting dan anemia bukan hanya persoalan gizi, tetapi juga soal keterbatasan akses terhadap informasi dan layanan kesehatan dasar,” tambahnya.
Lebih dari sekadar capaian angka, upaya melawan stunting dan anemia merupakan investasi jangka panjang untuk membentuk generasi Indonesia yang sehat, cerdas, dan produktif.
Baca juga: Hasil Survei Status Gizi Indonesia 2024: Angka Stunting Turun Jadi 19,8 Persen
Ajang penghargaan ini diharapkan dapat menjadi pemicu lahirnya lebih banyak inisiatif serupa di berbagai penjuru Tanah Air.
“Membangun generasi sehat Indonesia tidak bisa dilakukan sendiri. Dibutuhkan sinergi lintas sektor untuk menjangkau lebih banyak anak-anak agar tumbuh optimal dan bebas dari malnutrisi,” jelas Prof. Hardinsyah.
Ajang Peduli Gizi 2025 merupakan hasil kolaborasi Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia (Pergizi Pangan) dengan Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI).
Tak hanya institusi, penghargaan juga diberikan kepada akademisi dan praktisi gizi yang telah mendedikasikan dirinya untuk isu kesehatan masyarakat.
Baca juga: Program Sosial Digelar di Cilegon Banten, Fokus pada Pencegahan Stunting Balita
Salah satu penerimanya adalah Dr dr Ray Wagiu Basrowi, yang meraih penghargaan sebagai Innovative Leader atas kontribusinya dalam mengembangkan pendekatan ilmiah untuk mengatasi tantangan malnutrisi di Indonesia.
“Penilaian dilakukan secara menyeluruh, mencakup survei lapangan, studi dampak program, serta masukan dari para pakar gizi nasional,” kata Hardinsyah.
Perangi Stunting Butuh Kolaborasi: Pemerintah, Swasta, hingga Masyarakat Turun Tangan |
![]() |
---|
Bahaya Laten Cacingan: Anak Mudah Lelah, Sulit Konsentrasi, hingga Stunting |
![]() |
---|
Tak Hanya Obat, Pola Makan Tentukan Keberhasilan Terapi Anemia pada Anak |
![]() |
---|
Anemia hingga Alergi, Masalah Kesehatan Anak yang Perlu Dideteksi Dini |
![]() |
---|
IDAI Ingatkan Anemia Defisiensi Besi Bisa Turunkan Kecerdasan Anak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.