Jumat, 3 Oktober 2025

IDAI Ingatkan Anemia Defisiensi Besi Bisa Turunkan Kecerdasan Anak

Anemia defisiensi zat besi dapat menurunkan kemampuan berpikir hingga memengaruhi tumbuh kembang anak secara keseluruhan. 

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Choirul Arifin
dok. Konsula
ANEMIA PADA ANAK - Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K). Kekurangan zat besi masih menjadi masalah serius pada anak-anak Indonesia. 

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kekurangan zat besi masih menjadi masalah serius pada anak-anak Indonesia. Kondisi tersebut bukan sekadar persoalan kekurangan gizi sesaat, melainkan ancaman jangka panjang bagi kualitas generasi mendatang.

Menurut Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. Piprim Basarah Yanuarso, anemia defisiensi zat besi dapat menurunkan kemampuan berpikir hingga memengaruhi tumbuh kembang anak secara keseluruhan. 

"Ini sebetulnya suatu kondisi yang bisa dicegah. Namun apabila tidak tercanggung, tidak ketahuan, tidak terdeteksi atau terdeteksi tapi tidak diatasi dengan baik, dampaknya bisa sangat merugikan ke orang anak di masa depannya,” jelas Dr. Piprim pada media briefing virtual, Selasa (2/9/2025). 

Zat besi memegang peran vital dalam perkembangan otak anak. Kekurangannya bisa menyebabkan penurunan IQ, konsentrasi belajar terganggu, hingga hambatan pertumbuhan fisik. 

Padahal, lanjut Dr. Piprim, defisiensi ini dapat dicegah dengan pola makan sederhana berbasis protein hewani.

“Hati ayam itu salah satu protein hewani yang sangat kaya akan hidrat besi. Makanan yang murah meriah, tapi sering kali diabaikan oleh orang tua,” ungkapnya.

Sayangnya, jika defisiensi sudah terjadi, terapi suplementasi zat besi menjadi langkah penting.  Proses ini kerap membutuhkan waktu panjang, bahkan hingga enam bulan. 

Namun, banyak orang tua yang tidak sabar menunggu hasilnya, sehingga terapi terhenti sebelum optimal.

Di tengah tantangan tersebut, Dr. Piprim menekankan pentingnya peran bersama antara dokter, media, dan orang tua.

Ia berharap informasi soal pentingnya zat besi dapat lebih luas tersampaikan, sehingga masyarakat benar-benar sadar akan dampaknya.

“Kejadian anemia defisiensi besi ini masih cukup sering pada anak-anak kita, masih cukup tinggi kejadiannya, dan ini tentu saja bisa menghambat tercapainya generasi emas di 2045,” katanya.

Baca juga: Bayi Pucat, Rewel, Cepat Lelah Bisa Jadi Gejala Anemia Defisiensi Besi

IDAI menilai, kolaborasi lintas pihak diperlukan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh sehat dan cerdas, sehingga siap menghadapi tantangan masa depan. 

Peran media, menurut Dr. Piprim, sangat penting dalam menyebarkan pengetahuan yang benar kepada masyarakat.

Di luar isu kesehatan, Dr. Piprim juga menyampaikan doa bagi Indonesia di tengah kondisi sosial-politik yang dinamis.

Baca juga: Sering Tak Disadari Orang Tua, Kekurangan Zat Besi Sebabkan Anak Kurang Fokus Belajar

Ia berharap agar situasi tetap aman, dan semua pihak, termasuk tenaga medis dan jurnalis, bisa menjalankan tugasnya dengan selamat.

“Mudah-mudahan Indonesia kita bisa menjadi semakin aman dan semakin baik pasca demo ini,” tutupnya. 

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved